NEWS

Demi Keberlanjutan MSIG Indonesia dan MSIG Life, Tempuh Strategi Ini

Dampak nyata dalam pelestarian lingkungan.

Demi Keberlanjutan MSIG Indonesia dan MSIG Life, Tempuh Strategi IniDok. Asuransi MSIG Life
28 June 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Asuransi MSIG Indonesia (MSIG Indonesia) bersama dengan PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk (MSIG Life) menggelar rangkaian kegiatan dalam rangka kampanye keberlanjutan tahunan dengan tema "Keanekaragaman Hayati dalam Menghadapi Perubahan Iklim". Kegiatan berupa Kelas Kreatif Keanekaragaman Hayati atau Biodiversity Fun Class (BDFC) ini berlangsung di tiga lokasi yaitu salah satu sekolah dasar negeri (SDN) di wilayah Tangerang pada 13 Juni, Jakarta Barat pada 19 Juni, dan Bogor pada 20 Juni 2024, dengan peserta murid-murid kelas 5 SD.

Sebagai perusahaan yang peduli dengan keberlanjutan, MSIG Indonesia dan MSIG Life berkomitmen untuk berpartisipasi dalam upaya menahan laju perubahan iklim dengan melestarikan dan melindungi keanekaragaman hayati. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk masa depan bumi, tetapi juga untuk generasi mendatang.

Direktur MSIG Indonesia, Soichiro Tsuchida, menyatakan keberlanjutan bukan hanya sebuah konsep, tetapi adalah tanggung jawab. Melalui kolaborasi dengan MSIG Life dan dukungan dari berbagai organisasi seperti GNOTA dan Save the Children, pihaknya berusaha memberikan dampak nyata dalam upaya pelestarian lingkungan.

"Melalui Biodiversity Fun Class, kami tidak hanya mengedukasi anak-anak tentang pentingnya keanekaragaman hayati tetapi juga menginspirasi mereka untuk menjadi pelindung bumi di masa depan," katanya.

Menurut laporan terakhir dari WWF pada 2022, populasi satwa liar telah menurun rata-rata 69 persen sejak tahun 1970, dengan penurunan yang signifikan terutama pada populasi spesies air tawar yang menurun sebesar 83 persen. Ancaman terbesar terhadap keanekaragaman hayati ini termasuk hilangnya habitat, eksploitasi berlebihan, dan perubahan iklim.

Lebih jauh, menurut artikel terbaru yang dipublikasikan pada 1 Februari 2024 dari ASEAN Centre for Biodiversity (ACB), populasi satwa liar di Asia Tenggara mengalami penurunan yang signifikan, dengan berbagai ancaman terhadap keanekaragaman hayati di wilayah ini. Selain itu, hutan di wilayah ini terus menurun dengan laju sekitar 8.000 km2 per tahun akibat konversi lahan untuk pertanian dan pemukiman​.

Related Topics