Jakarta, FORTUNE - Malaysia secara resmi memulai tugas sebagai Ketua ASEAN untuk tahun 2025, efektif sejak 1 Januari. Perdana Menteri Anwar Ibrahim menyatakan bahwa sebagai pemimpin ASEAN, Malaysia dihadapkan pada berbagai tantangan yang masih melanda kawasan.
Mengutip Bernama pada Kamis (2/1), Malaysia mengangkat tema Inclusivity and Sustainability, yang diharapkan dapat membantu menangani berbagai tantangan di tengah situasi geopolitik global yang dinamis.
"Ini adalah tanggung jawab besar dan penting bagi Malaysia untuk menyatukan semua anggota," ujar Anwar.
Ia menambahkan, "Kami terus berupaya mengurangi kesenjangan antarnegara, menghadapi isu bersama, serta menciptakan ASEAN yang lebih stabil dan makmur." Sepanjang masa kepemimpinannya, Malaysia akan menjadi tuan rumah lebih dari 300 pertemuan dan program utama.
Malaysia juga berencana melaksanakan berbagai program di sejumlah bidang, seperti pengembangan kecerdasan buatan (AI), energi terbarukan, pariwisata, dan layanan kesehatan. Pada Mei 2025, Malaysia akan menjadi tuan rumah KTT perdana ASEAN-Gulf Cooperation Council (GCC) Plus China.
Selain itu, di penghujung tahun, negara ini akan menggelar pertemuan para pemimpin ASEAN dengan mitra internasional. Sebagai informasi, Malaysia sebelumnya telah memegang jabatan Ketua ASEAN pada 1977, 1997, 2005, dan 2015.
Malaysia menunjuk sejumlah penasihat
Perdana Menteri Anwar Ibrahim dikabarkan telah menunjuk beberapa penasihat informal untuk mendukung peran Malaysia di ASEAN. Nama-nama yang disebut antara lain mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra, serta mantan Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo.
Meski demikian, pembentukan tim penasihat ini masih dalam tahap finalisasi. Ketika bertemu dengan Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra, Anwar mengonfirmasi bahwa proses pengaturan tim tersebut masih berlangsung.
Sharon Seah, peneliti senior di Pusat Studi ASEAN, ISEAS-Yusof Ishak Institute, menilai langkah Anwar ini dianggap sebagai terobosan yang dapat memberikan dampak signifikan bagi ASEAN jika dilakukan dengan tepat. Tantangan besar, seperti konflik di Myanmar, menjadi salah satu isu yang harus segera diatasi.
"Cukup jarang bagi seorang Ketua ASEAN untuk menunjuk tim informalnya sendiri," ujar Sharon.
Ia menambahkan, "Mungkin Perdana Menteri Anwar ingin memanfaatkan pengalaman para tokoh tersebut, yang memiliki latar belakang sebagai mantan menteri, untuk memberikan masukan dan membantu menyusun strategi terkait isu-isu penting selama kepemimpinannya."