Indef: Tingkatkan Produksi CPO Dalam Negeri, Baru Produksi B50
Wacana ini berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan.
Fortune Recap
- Tanpa peningkatan produksi CPO, penerapan kebijakan ini berpotensi menyebabkan ketidakseimbangan pasokan di dalam negeri, memicu kenaikan harga CPO, dan berdampak pada harga domestik.
- Peningkatan bauran biodiesel hingga B50 tanpa persiapan yang memadai dapat mengakibatkan disrupsi pada industri minyak sawit di pasar global dan berdampak pada pasar domestik Indonesia.
Jakarta, FORTUNE – Rencana peningkatan bauran Biodiesel menjadi B50 di Indonesia menghadapi hambatan serius karena stagnasi produksi minyak Kelapa Sawit mentah (CPO) dalam beberapa tahun terakhir.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), M. Fadhil Hasan, menyoroti bahwa tanpa peningkatan produksi CPO yang signifikan, penerapan kebijakan ini berpotensi menyebabkan ketidakseimbangan pasokan di dalam negeri. Menurutnya, peningkatan bauran biodiesel menjadi B50 tanpa adanya peningkatan produksi akan menyebabkan pasokan CPO dalam negeri tidak mencukupi untuk kebutuhan domestik dan ekspor.
"Jika pasokan tidak seimbang, akan terjadi penurunan ekspor dan pada akhirnya memicu kenaikan harga CPO," kata dia dalam diskusi Indef, Rabu (23/10).
Kenaikan harga CPO di pasar internasional akibat penurunan ekspor juga akan berdampak pada harga domestik. Akhirnya akan terjadi kelangkaan dan lonjakan harga minyak goreng, yang merupakan produk turunan CPO.
Lebih lanjut, Fadhil memperingatkan bahwa peningkatan harga minyak goreng dapat memicu intervensi lebih lanjut dari pemerintah, termasuk pembatasan ekspor untuk menjaga stabilitas harga di dalam negeri.
“Hal ini berpotensi menimbulkan keresahan di masyarakat, terutama di kalangan konsumen rumah tangga,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian, produksi CPO Indonesia mengalami stagnasi sejak 2020. Adapun produksi pada 2023 mencapai 51,9 juta ton.
Para analis ekonomi, kata Fadhil, telah memperingatkan bahwa peningkatan bauran biodiesel hingga B50 tanpa persiapan yang memadai dapat mengakibatkan disrupsi pada industri minyak sawit di pasar global. Hal ini tentunya akan berdampak pada pasar domestik Indonesia.
Fadhil menyarankan agar pemerintah tetap mempertahankan bauran biodiesel di kisaran B35 hingga B40 untuk saat ini.
"Jadi kuncinya itu adalah meningkatkan dulu produksi CPO di dalam negeri," jelas Fadhil.
Pentingnya meningkatkan produksi CPO
Untuk mendukung kebijakan peningkatan bauran biodiesel, Fadhil menegaskan bahwa upaya peningkatan produksi CPO harus menjadi prioritas. Salah satu langkah yang diusulkan adalah memanfaatkan lahan-lahan degradasi yang sudah tidak memiliki tutupan hutan.
Ia mengatakan sekitar 10 juta hektare lahan yang tergolong sebagai forest degradation dan berpotensi untuk dimanfaatkan tanpa menyebabkan deforestasi lebih lanjut.
Selain memanfaatkan lahan, pemerintah juga perlu mempercepat program peremajaan kebun sawit rakyat dan meningkatkan produktivitas lahan yang ada.
"Intinya, kita harus meningkatkan produksi terlebih dahulu agar dapat menyeimbangkan pasokan ketika produksi biodiesel ditingkatkan ke B50," ujar Fadhil.
Fadhil menekankan pentingnya pendekatan yang partisipatif dalam upaya peningkatan produksi CPO, dengan melibatkan masyarakat dan perusahaan secara bersama-sama.
Peningkatan produksi dan bauran biodiesel harus direncanakan dengan hati-hati agar tidak mengganggu keseimbangan pasokan CPO dan harga di pasar domestik. Jika langkah-langkah tersebut tidak dilakukan, peningkatan bauran menjadi B50 berisiko memicu ketidakstabilan harga dan berdampak negatif pada perekonomian.
"Tidak seperti program food estate yang berskala besar, pendekatan ini seharusnya lebih melibatkan masyarakat sehingga setiap pihak mendapatkan manfaat, baik dari sisi pertumbuhan ekonomi maupun lingkungan," katanya.