Sejumlah Manfaat bagi Investasi Indonesia Jika Telah Gabung OECD
Memulai proses pembahasan aksesi dengan Indonesia.
Fortune Recap
- Keanggotaan diharapkan meningkatkan daya tarik investasi dan kualitas institusi.
- Proses aksesi dimulai pada Februari 2024 dan akan melalui tahapan Accession Roadmap.
Jakarta, FORTUNE - Indonesia tengah mempersiapkan langkah besar untuk bergabung dengan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan atau Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Tirta Nugraha Mursitama, menjelaskan berbagai manfaat strategis yang bisa diraih Indonesia dari keanggotaan ini. Salah satu dampak utama yang ditekankan Tirta adalah peningkatan kualitas institusi.
“Bergabung dengan OECD akan membantu kita meningkatkan daya tarik investasi karena keanggotaan ini menunjukkan bahwa Indonesia telah memenuhi standar internasional. Investor internasional akan lebih percaya bahwa regulasi, hukum, dan kebijakan kita sudah jelas dan terstandar,” kata Tirta dalam diskusi Executive Forum dengan tema Diseminasi Kerja Sama Internasional di Bidang Investasi di Jakarta, Jumat (13/12).
Lebih lanjut, Tirta mengatakan menjadi anggota OECD tidak hanya memberikan citra positif, tetapi juga membuka peluang untuk perbaikan tata kelola pada berbagai sektor.
“Keuntungan ini bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memperbaiki kualitas institusi dan menciptakan jaringan kerja sama yang lebih luas di tingkat global,” ujarnya.
OECD resmi memulai proses pembahasan aksesi dengan Indonesia pada 20 Februari 2024. Tahapan ini dilanjutkan dengan penyusunan accession roadmap, yang dibahas dalam pertemuan Dewan OECD pada 20-21 Maret 2024. Roadmap tersebut kemudian disetujui oleh Dewan OECD pada 29 Maret 2024 dan diserahkan secara resmi dalam pertemuan tingkat menteri OECD pada 2-3 Mei 2024.
Setelah accession roadmap diadopsi, Indonesia akan menjalani proses self-assessment dan menyerahkan initial memorandum yang berisi gambaran kebijakan Indonesia untuk dibandingkan dengan standar yang ditetapkan OECD.
Indonesia harus tinjau banyak regulasi terkait
Namun, Tirta mengingatkan bahwa proses aksesi ke OECD tidaklah mudah. Indonesia harus menyesuaikan diri dengan 26 instrumen yang berkaitan dengan investasi dan regulasi internasional.
“Instrumen-instrumen ini mencakup aturan yang harus diselaraskan dengan kebijakan domestik, baik dengan cara menyesuaikan, mengurangi, atau bahkan menciptakan aturan baru,” ujarnya.
Meski penuh tantangan, Tirta percaya bahwa langkah ini merupakan investasi jangka panjang yang sepadan.
“Ini bukan berarti kita disetir oleh kekuatan asing, tetapi sebagai bagian dari adaptasi terhadap norma global yang kini menjadi standar untuk hubungan internasional, khususnya dalam investasi,” ujarnya.
Dari sisi investasi, keanggotaan OECD dapat memberikan keuntungan besar bagi Indonesia. Tirta menyoroti dengan standar OECD, peta jalan investasi Indonesia akan menjadi lebih jelas. Sektor-sektor strategis seperti mineral, minyak, gas, perkebunan, serta kelautan dan perikanan dapat lebih terintegrasi dalam strategi investasi global.
“Di kementerian kami, peta jalan ini sudah diperkuat sejak zaman Pak Bahlil dan kini dilanjutkan dengan visi Pak Rosan. Dengan realisasi investasi yang terarah, Indonesia dapat menjadi hub investasi global,” kata Tirta.
Indonesia bisa jadi yang pertama dari Asean
Selain itu, Indonesia berpotensi menjadi negara pertama di Asean yang berhasil bergabung dengan OECD.
“Ini memberikan keunggulan kompetitif di kawasan. Namun, negara-negara Asean lain juga tengah berusaha untuk mencapai keanggotaan ini, sehingga kita harus bergerak cepat,” kata Tirta.
Meski menghadapi tantangan besar, langkah Indonesia untuk bergabung dengan OECD merupakan strategi penting dalam upaya meningkatkan daya saing dan memperkuat posisi di kancah global.