Subsidi BBM Kian Membengkak, Bahlil: Sampai Kapan APBN Kita Kuat?
Subsidi diproyeksi bisa mencapai Rp600 triliun.
Jakarta, FORTUNE – Menteri Investasi atau Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, mengatakan perekonomian seluruh negara di dunia terdampak oleh perang Rusia-Ukraina, termasuk Indonesia. Kendati demikian, Bahlil mengatakan perekonomian domestik masih terkendali dengan pertumbuhan per kuartal II-2022 mencapai 5,44 persen.
Namun, yang tak dinyana, harga minyak mentah dunia saat ini telah melewati US$100 per barel. Patokan ICP yang digunakan pada APBN 2022 adalah US$63-US$70 per barel.
Menurutnya, kondisi saat ini jelas akan memberatkan APBN, mengingat porsi anggaran subsidi BBM begitu besar. “Hari ini kalau 100 dolar per barel, subsidi kita bisa mencapai Rp500 triliun,” ujarnya saat konferensi pers, Jumat (12/8).
Bila berkaca pada semester I tahun ini, ujar Bahlil, harga rata-rata minyak dunia telah mencapai US$105 per barel. Kemudian, asumsi kurs dolar terhadap rupiah saat ini Rp14.750.
Rencana lain, pemerintah akan menambahkan kuota subsidi BBM 5 juta kiloliter menjadi 29 juta kiloliter.
Dengan perhitungan tersebut, Bahlil memperkirakan subsidi BBM akan membengkak sampai Rp600 triliun. Menurutnya ini akan menjadi beban, sebab telah memakan 25 persen dari total APBN 2022. “Sampai kapan APBN kita akan kuat menahan subsidi ini?” katanya.
Pemerintah memperkirakan ada kenaikan pendapatan negara menjadi Rp2.266 triliun dari perencanaan semula pada APBN 2022 yang sebesar Rp1.846 triliun.
Realisasi penyaluran BBM subsidi
Dengan kondisi tersebut, Bahlil menyampaikan masyarakat harus bersiap-siap untuk menerima kenyataan bahwa harga BBM akan dinaikkan. “Kalau saya katakan kenaikan harga BBM harus terjadi,” katanya.
Mengutip data Pertamina, penyaluran bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis pertalite telah mencapai 16,8 juta kiloliter hingga Juli 2022. Artinya kuota pertalite hingga akhir tahun hanya tersisa 6,25 juta kiloliter dari total kuota yang ditetapkan tahun ini, 23,05 juta kiloliter.
Lalu, penyaluran BBM subsidi jenis solar telah mencapai 9,9 juta kiloliter hingga Juli 2022. Dengan demikian, sisa kuota solar hingga akhir tahun hanya tersisa 5, juta kiloliter dari total kuota 15,1 kiloliter.
Kuota subsidi habis sebelum waktunya
Secara terpisah, Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman, mengatakan jika tidak dibatasi, maka kuota BBM subsidi yang sudah ditetapkan bakal habis sebelum akhir tahun.
Apalagi, sejak harga pertamax naik tren konsumsi BBM subsidi menanjak karena banyak masyarakat yang beralih ke pertalite.
"Tentu jika tidak dikendalikan maka kita akan hadapi solar habis di Oktober atau November. (Pertalite) juga. Jika tidak dilakukan pengendalian, maka kita prognosa di akhir 2022 kuota kita akan di atas realisasi," kata Saleh.