NEWS

Inflasi 2024 Terendah Sepanjang Sejarah, Ini Penyebabnya

Inflasi Indonesia pada 2024 capai 1,57 persen.

Inflasi 2024 Terendah Sepanjang Sejarah, Ini PenyebabnyaDeputi Bidang Distribusi dan Jasa, BPS Pudji Ismartini. (Doc: BPS)
03 January 2025

Fortune Recap

  • Inflasi tahun 2024 sebesar 1,57%, terendah dalam sejarah perhitungan inflasi di Indonesia.
  • Tingkat inflasi MtM Desember 2024 sebesar 0,44% dan YtD Desember 2024 sebesar 1,57%.
  • Inflasi provinsi tertinggi terjadi di Provinsi Papua Pegunungan (5,36%) dan terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara (0,44%) dengan deflasi terjadi di Provinsi Gorontalo (0,79%).
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi pada 2024 tercatat sebesar 1,57% year-on-year (YoY) atau yang terendah sepanjang sejarah perhitungan inflasi di Indonesia.

Inflasi 2024 sebesar 1,57% adalah inflasi terendah selama ini atau sejak dilakukannya perhitungan inflasi oleh BPS,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Kamis (2/1).

Secara rinci, dijelaskan juga tingkat inflasi month-to-month (MtM) Desember 2024 sebesar 0,44% dan tingkat inflasi year-to-date (YtD) Desember 2024 sebesar 1,57%. Adapun Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,80.

Inflasi provinsi YoY tertinggi terjadi di Provinsi Papua Pegunungan sebesar 5,36% dengan IHK sebesar 111,80 dan terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 0,44% dengan IHK sebesar 107,28. Deflasi provinsi terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 0,79% dengan IHK sebesar 106,60.

Faktor-faktor pendorong inflasi sepanjang 2024

Lalu, apa penyebab inflasi Indonesia pada 2024 bisa jadi yang terendah sepanjang sejarah? Berikut tiga faktor pendorongnya:

1. Kenaikan harga

Inflasi secara tahunan terjadi karena adanya kenaikan harga di sebagian besar kelompok pengeluaran. Berikut adalah rincian perubahan harga di setiap kelompok pengeluaran:

Kelompok yang mengalami kenaikan harga:

  1. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau: naik 1,90%
  2. Kelompok pakaian dan alas kaki: naik 1,16%
  3. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga: naik 0,59%
  4. Kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga: naik 1,04%
  5. Kelompok kesehatan: naik 1,93%
  6. Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya: naik 1,17%
  7. Kelompok pendidikan: naik 1,94%
  8. Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran: naik 2,48%
  9. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya: naik 7,02%

Kelompok yang mengalami penurunan harga:

  1. Kelompok transportasi: turun 0,30%
  2. Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan: turun 0,27%

2. Komoditas peredam inflasi

Komoditas yang menjadi peredam inflasi Desember 2024 adalah komoditas Tarif Angkutan Udara dengan andil deflasi sebesar 0,01%. Kemudian, inflasi rendah juga dilihat dari kondisi dalam lima tahun terakhir.

Tingkat inflasi yang tinggi umumnya terjadi pada periode-periode Perayaan Hari Besar Keagamaaan Nasional (HBKN), di antaranya pada momen Puasa-Lebaran serta perayaan Natal dan Tahun Baru. Pada momen Nataru Desember 2024, kembali terjadi inflasi cukup rendah sebesar 0,44%.

Inflasi tahunan Desember 2024 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi lebih rendah dibandingkan Desember 2023.

Berdasarkan historis lima tahun terakhir, pada setiap bulan Desember, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi kelompok utama penyumbang inflasi.

3. Kondisi PMI Manufaktur terkontraksi

S&P Global kembali mencatat Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di zona kontraksi pada November 2024. Skor PMI manufaktur berada pada level 49,6 poin, yakni menempatkan pada zona merah selama lima bulan beruntun.

Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence, Paul Smith menyatakan sektor manufaktur Indonesia masih menghadapi penurunan dalam produksi, permintaan baru, dan lapangan kerja.

"Aktivitas pasar belum bergairah karena masih adanya ketidakpastian geopolitik yang menyebabkan perusahaan waspada dan tidak bergerak," kata Paul dalam laporan terbaru S&P Global, dikutip Januari (3/1).

S&P Global menetapkan indeks skor 50 sebagai batas awal. Jika skor berada di atas 50, maka sektor manufaktur ditetapkan mengalami ekspansi, sementara jika berada di bawah 50 menunjukkan level kontraksi.

PMI manufaktur Indonesia mengalami kontraksi sejak Juli 2024 dengan skor 49,3. Pada Agustus, kondisi industri semakin memburuk dengan skor 48,9. Skor PMI sedikit meningkat menjadi 49,2 pada September dan tetap di angka yang sama pada Oktober.

Penurunan selama lima bulan berturut-turut ini semakin menegaskan kondisi sektor manufaktur Indonesia yang tengah menghadapi kesulitan. Aktivitas manufaktur yang terkontraksi ini juga menunjukkan bahwa pesanan baru (new order) berada dalam zona kontraksi. Penurunan jumlah pesanan tersebut mencerminkan lemahnya tingkat konsumsi, yang pada gilirannya turut menekan harga.

Related Topics

    © 2025 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.