Garuda Indonesia Rugi Rp62 Triliun sepanjang 2021
Dirut GIAA optimis bisa catat kinerja positif di semester 2.
Jakarta, FORTUNE - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatatkan membukukan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$4,16 miliar atau sekitar Rp62,3 triliun (kurs Rp14.993/US$). Kerugian tersebut membengkak dari rugi pada 2020 yang sebesar US$2,44 miliar.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), kerugian tersebut disebabkan menurunnya pendapatan usaha 10,43 persen menjadi US$1,34 miliar di tahun lalu. Pendapatan usaha tersebut ditunjang oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar US$1,04 miliar, penerbangan tidak berjadwal sebesar US$88,05 juta dan pendapatan lainnya sebesar US$207 juta.
Meski begitu, sepanjang tahun 2021 lalu, Garuda secara group turut mencatatkan penurunan beban usaha sebesar 21,03 persen menjadi US$2,6 miliar jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020 lalu.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, kerugian tersebut masih disebabkan oleh tekanan yang dihadapi Garuda di 2020. Bedanya, penurunan kinerja operasional menjadi lebih parah lantaran 2021 lalu merupakan fase puncak pandemi dengan tingkat positive rate tertinggi di Indonesia.
'PD' bisa catat kinerja positif
Kendati rugi besar di tahun lalu, Irfan memproyeksikan GIAA dapat mulai mencatatkan kinerja positif secara bertahap pada semester kedua tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan akselerasi pemulihan kinerja yang tengah dioptimalkan perserpan pasca homologasi lewat proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada akhir Juni lalu.
Menurut Irfan, proyeksi kinerja positif tersebut dapat tercermin melalui profitabilitas maskapai melalui pendapatan rute angkutan penumpang, kargo, charter maupun pendapatan penunjang lainnya pada Mei lalu. Capaian tersebut juga melanjutkan kinerja positif yang berhasil dicatatkan Garuda sejak akhir tahun 2021 lalu.
"Proyeksi kinerja positif di tahun 2022 akan terus dioptimalkan Garuda secara bertahap hingga 2-3 tahun mendatang agar dapat kembali ke level periode masa sebelum pandemi,"ujar Irfan dalam keterangan resminya, Rabu (13/7).
Irfan mengeklaim profitabilitas Garuda tercapai setelah perseroan melakukan berbagai langkah cost leadership yang turut diselaraskan melalui restrukturisasi utang pada proses PKPU. Karena itu, meski pendapatan usaha Garuda belum sepenuhnya pulih jika dibandingkan dengan periode pra-pandemi, optimisme tersebut yang terus akan dijaga dan diselaraskan dengan meningkatnya permintaan dan tren pergerakan penumpang.
Oleh karenanya kami optimistis melalui momentum tercapainya homologasi PKPU, Garuda dapat secara konsisten mempertahankan capaian kinerja positif serta kedepannya dapat segera membukukan profit," jelasnya.