Kilang Dumai Kebakaran, Pertamina Pastikan Tak Tambah Impor BBM
Pasokan BBM dari kilang Pertamina dipastikan aman.
Jakarta, FORTUNE - Subholding Bisnis Refining and Petrochemical Pertamina, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), memastikan tak akan menambah impor bahan bakar minyak (BBM) untuk menambal kekurangan produksi Kilang Dumai pasca kecelakaan kerja pada Sabtu (1/4) pekan lalu.
Direktur Utama KPI Taufik Adityawarman mengatakan pasokan BBM dari Dumai masih aman lantaran fasilitas tersebut dapat beroperasi kembali secara penuh pada Sabtu (15/4) pekan depan.
Target operasi penuh tersebut juga telah melalui proses inspeksi serta perbaikan sistem dan berbagai perangkat produksinya. "Tidak ada rencana menambah impor untuk kompensasi kurangnya produksi dari Dumai,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Selasa (4/4).
Taufik jiba menegaskan tidak beroperasinya Kilang Dumai hibggt 15 April 2023 nanti tak akan menggangu produksi kilang lain. Sebab KPI telah berkoordinasi dengan holding untuk memastikan keandalan pasokan BBM khususnya pada periode Ramadahan dan Lebaran
"Secara umum tidak terganggu pasokan untuk Lebaran," jelasnya
Sebagai informasi, kilang Dumai merupakan fasilitas pengolahan minyak terbesar ke tiga di Indonesia dengan kapasitas 170 barrel per hari atau hampir 16,5 persen dari total kapasitas produksi kilang Pertamina. Luas area fasilitas refinery unit II Dumai, yang mengalami ledakan dan kebakaran pada Sabtu pekan lalu mencapai 365 hektar dengan dukungan 1.177 pekerja.
RU II Dumai terdiri dari dua lokasi yaitu di Sei Pakning (SPK), yang mana fasilitas kilang dibangun pada 1969 dengan kapasitas Crude Distilling Unit (CDU) sebesar 50 barrel per hari. Sedangkan, Kilang Dumai yang dibangun pada 1971 berkapasitas CDU 120.000 barrel per hari.
Adapun produk yang dihasilkan dari kedua kilang ini adalah 87 persen itu BBM jenis Pertadex dan 12 persen non-bahan bakar minyak seperti LPG, greencoke, dan LAWS. Adapun 1 persen sisanya memproduksi produk lainnya seperti UCO, sulphy, dan lain.
Penyebab ledakan dan kebakaran
Taufik menjelaskan, ledakan yang disusul kebakaran pada pekan lalu disebabkan kebocoran hidrogen pada pipa enam inci di make up gas compressor unit (MUGC). Letak tepatnya berada di kompresi 212 C-2.
MUGC digunakan untuk menjaga suplai pada crude destilation unit dan hydro crakcer unit (HCU)—alat yang memecah bahan baku atau fraksi berat menggunakan hidrogen untuk menjadi produk bernilai jual tinggi seperti naphta, avtur, dan diesel (Pertadex).
"Simpifikasinya adalah ada crude oil kemudian diproduksi ada medium to heavy diubah menjadi gas LPG, kemudian gasoline, atau kerosene/avtur. Sedangkan fraksi berat diproses menjadi diesel. Ada juga yang dicracking lagi dengan hidrogen di HCU, untuk memproduksi nafta, avtur diesel dan ada bottom product," jelasnya.
Kebocoran hidrogen di MUGC pada 22.42 WIB, sebut Taufik, menimbulkan kilatan dan menyebabkan getaran serta dentumen keras. "Menurut data terakhir dirasakan di radius 1 km yang terdampak di perumahan warga,” jelasnya.
Namun, saat ledakan terjadi, sistem emergency shutdown langsung berfungsi sehingga unit HCU tersebut—yakni dua unit compressor—bisa langsung dimatikan untuk memastikan proses unit lainnya di Dumai tidak terganggu.
Setelahnya baru lah tim di lapangan melakukan pemadaman dan pendinginan, sehingga pada 22:51 WIB kebakaran berhasil diatasi. "Evaluasi lebih lanjut pada 23.30 WIB kondisi sudah dinyatakan aman," jelasnya.
Meski demikian hingga saat ini insiden kecelakaan tersebut masih diinvestigasi oleh Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM serta Puslabfor Polri.