Riset Terbaru Membuktikan COVID-19 Bermula dari Pasar di Wuhan Cina
Penularan virus corona dari manusia ke hewan.
Jakarta, FORTUNE – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sempat berspekulasi bahwa COVID-19 berasal dari laboratorium di Cina. Namun, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa klaim Trump tersebut salah.
Menurut dua studi yang dirilis bersamaan, virus corona bisa jadi bermula dari sebuah hewan hidup yang dijual di pasar di Wuhan, Cina, pada akhir 2019. Virus sama kemungkinan menyebar ke orang yang bekerja atau berbelanja di sana.
Pada awalnya, virus muncul dimulai dengan setidaknya dua transmisi hewan di tempat tersebut, dengan mamalia seperti anjing rakun (raccoon dog) yang menjadi inang sebelum menyebar ke manusia, demikian studi tersebut.
“Semua bukti yang dilihat bersama menunjukkan gambaran yang sangat jelas bahwa pandemi dimulai di pasar Huanan,” kata Michael Worobey, seorang ahli biologi evolusioner di University of Arizona sekaligus salah satu periset, seperti dikutip dari Fortune.com, Selasa (1/3).
Sampel penelitian berkaitan dengan hewan hidup
Dua studi pracetak (preprint studies) itu memiliki metode sebagai berikut, seperti dikutip dari CNN.
Salah satu penelitian menggunakan analisis spasial untuk menunjukkan bahwa kasus virus corona yang paling awal diketahui, didiagnosis pada Desember 2019, berpusat di pasar. Para peneliti juga melaporkan bahwa sampel lingkungan yang hasilnya positif virus corona sangat terkait dengan hewan hidup.
Sedangkan, studi lain menyebut dua garis keturunan virus utama adalah hasil dari setidaknya dua peristiwa saat virus melompat dari spesies hewan ke manusia.
Dari 1 Januari 2020 hingga 2 Maret tahun sama, total 923 sampel lingkungan diambil di dalam dan sekitar pasar Huanan. Dari mereka, hampir 8 persen dinyatakan positif COVID-19, menurut salah satu penelitian.
Para peneliti menemukan bahwa sampel lingkungan yang dites positif virus corona yang dikaitkan dengan penjual hewan, semakin memperkuat teori bahwa COVID-19 adalah zoonosis, yang berarti penyakit yang dapat ditularkan antara hewan dan manusia atau pun sebaliknya.
Meski demikian, temuan baru ini bukan berarti tanpa kritik. Sebab, studi tersebut menyimpan kesenjangan dalam penemuannya. Sebagai contoh, penelitian tersebut mengakui bahwa pasar Huanan menjual hewan “yang rentan terhadap infeksi COVID-19 dan mampu menularkannya”, tetapi gagal mengidentifikasi hewan tertentu yang dapat menyebarkan virus ke manusia.
Jawaban atas teori COVID-19 dari laboratorium Cina
Terlepas dari kekurangannya, studi terbaru ini dianggap menjadi jawaban atas virus corona yang berasal dari laboratorium Cina, sebuah teori (konspirasi) yang diperjuangkan oleh sejumlah politisi di AS, demikian menurut The Guardian.
Pemerintah Cina dalam hal ini dianggap menjadi sumber masalah atas asal-usul COVID-19.
Cina dituduh munafik dan angkuh karena awalnya menyembunyikan asal-usul virus. Ada spekulasi bahwa Presiden Cina, Xi Jinping, membiarkan COVID-19 menyebar untuk menyamakan kedudukan dengan negara lain dan memastikan bahwa Cina tidak dirugikan.
Dugaan tersebut tersebar sebagai isu sensitif dan politis, terlebihi di negeri Paman Sam.
Antisipasi potensi pandemi selanjutnya
Pada akhirnya, studi menekankan pentingnya peningkatan kewaspadaan dalam situasi ketika hewan liar dan manusia berinteraksi setiap hari.
“Hasil kami menyoroti pentingnya membangun arsitektur pengawasan virus yang intensif. Arsitektur seperti itu akan melibatkan deteksi dini penyakit yang tidak dapat dijelaskan pada manusia, tetapi harus dilengkapi dengan fokus pada hewan liar, peternakan, dan perdagangan yang risiko penularannya ke manusia paling besar,” begitu bunyi studi tersebut.
Sementara, Worobey sang ahli biologi molekuler mengatakan pengawasan manusia sangat penting untuk mencegah pandemi di masa depan. Para ahli dan pejabat harus lebih baik dalam mendeteksi kasus penyakit pernafasan tanpa penyebab jelas, mengisolasi pasien, dan melakukan pengurutan genom (sequencing) pada virus.
"Ini bukan yang terakhir kali terjadi," katanya.