Bill Gates Lirik Bio Farma, Inovasi Pengembangan Vaksin Terbuka
Membuka peluang inovasi pengembangan vaksin Indonesia.
Jakarta, FORTUNE - Pintu kerja sama antara Indonesia dengan Bill Gates dalam pengembangan vaksin perlahan terbuka. Pendobrak tahap awalnya adalah diskusi peluang kemitraan bioteknologi Indonesia dengan Gates Foundation.
Sebagai perwakilan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani berdiskusi dengan taipan teknologi itu.
Menurut Erick, di luar isu perubahan iklim, dialog itu juga menyoroti minat Gates Foundation menggelontorkan dana ke Bio Farma demi alih teknologi pengembangan vaksin mRNA. Kabar itu bagai angin segar untuk industri bioteknologi Indonesia.
Potensi Peningkatan Teknologi Produksi Vaksin
Erick Thohir mengatakan, sekarang Bio Farma telah menguasai teknologi produksi vaksin dengan pendekatan tradisional, yakni inactivated virus. Ditambah dengan teknologi protein rekombinan, dikutip dari Antara.
Jika nantinya Bill Gates benar berinvestasi ke Bio Farma, maka itu akan membuka potensi peningkatan teknologi vaksin, laiknya metode mRNA dan viral vektor. Pun begitu dengan peluang produksi vaksin Merah Putih dan kemitraan dengan produsen vaksin lain.
“Peningkatan teknologi pembuatan vaksin, khususnya COVID-19 sangat penting, bila Indonesia ingin menjadi pusat produksi vaksin dunia,” ujar Erick.
Menanggapi kans kerja sama itu, Bio Farma mengaku masih menunggu arahan lebih lanjut dari Erick. Namun, Bio Farma menyatakan sudah siap jika memang harus bermitra dengan Gates Foundation.
“Kami menyambut baik-baik dan positif terkait rencana kerja sama tersebut,” ujar Bambang kepada Fortune Indonesia, Kamis (4/11).
Ragam Platform Vaksin COVID-19
Sebagai informasi, menurut Melbourne Vaccine Education Centre, ada berbagai platform vaksin COVID-19. Dari pendekatan tradisional hingga pendekatan terbaru. Berikut perinciannya.
- Vaksin Innactivated Virus
Vaksin ini dibuat dengan cara membunuh atau mematikan virus sehingga tidak bisa lagi mereplikasi diri. Seluruh subunit virus dapat digunakan. Selain dalam vaksin COVID-19, pendekatan ini juga digunakan dalam pengembangan vaksin hepatitis A dan polio yang tak aktif.
Secara umum, vaksin ini lebih aman ketimbang vaksin hidup yang dilemahkan. Karena, itu bisa diberikan kepada semua orang—termasuk yang memiliki gangguan kekebalan.
- Vaksin berbasis Protein
Pembuatan vaksin ini memanfaatkan bagian dari patogen yang menginduksi respons imun, bisa berbentuk protein utuh atau hanya fragmennya. Vaksin tersebut relatif mudah dibuat, lebih murah diproduksi, dan aman.
- Vaksin berbasis Partikel Nano dan Partikel Mirip Virus
Karena profil keamanan yang baik dan potensi imunogenik tinggi, terjadi peningkatan minat terhadap vaksin jenis ini. Pembuatannya dilakukan dengan menempelkan komponen kunci dari patogen ke nanopartikel yang direkayasa.
- Vaksin Genetik
Vaksin genetik mengirim satu atau lebih gen patogen guna memicu respons imun. Ada gua tipe vaksin genetik, yakni DNA dan messenger RNA (mRNA).
Dalam prosesnya, DNA diubah menjadi mRNA kemudian dialihkan menjadi protein virus. Respons imun nantinya dipicu oleh produksi protein virus tersebut.
- Vaksin Viral Vektor
Vaksin ini menggunakan virus—yang tak mengakibatkan penyakit—untuk membawa DNA patogen ke sel manusia. Beberapa jenis vaksin ini memasuki sel dan melahirkan viral protein. Sebagian lainnya bereplikasi secara bertahap, membawa protein dari SARS-CoV-2 di permukaannya.
Replikasi vektor virus meniru infeksi alami paling baik sehingga menghasilkan respons imun yang kuat dan bisa dipakai dalam dosis lebih rendah.