Jakarta, FORTUNE - Rencana PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) untuk mengakuisisi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (Bank Muamalat) yang akan dimergerkan dengan BTN Syariah terbilang alot dan meleset dari target.
Padahal, Menteri BUMN, Erick Thohir hingga Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu memproyeksikan aksi korporasi itu bakal rampung di Maret dan April 2024. Bahkan, ada salah satu informasi di pasar saham menyebut bahwa aksi tersebut batal lantaran kinerja Bank Muamalat yang memerah di akhir 2023 lalu.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae menyatakan bahwa pihaknya belum menerima surat terkait aksi korporasi itu.
"Pengajuan permohonan merger merupakan kewenangan manajemen bank, dan OJK akan mengevaluasi serta memproses sesuai ketentuan yang berlaku apabila bank telah mengajukan permohonan tersebut kepada OJK," kata Dian melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (14/6).
Dian tidak merinci apakah aksi korporasi ini masih akan berlanjut atau sudah bubar jalan. Namun demikian, OJK mengklaim akan terus memberikan dukungan terhadap inisiatif konsolidasi dari perbankan syariah.
Due diligence kedua perusahaan cukup alot
Sebelumnya, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) sebagai pemegang saham pengendali Bank Muamalat menyatakan bahwa uji kelayakan atau due diligence kedua perusahaan berjalan cukup alot.
Anggota Badan Pelaksana BPKH, Harry Alexander menyatakan, pihaknya belum dapat menargetkan kapan proses itu bakal rampung. Ia menyadari bahwa terdapat dinamika dalam proses tersebut. Seperti diketahui, BPKH memegang porsi kepemilikan Bank Muamalat mencapai 82,65 persen.
“Saat ini prosesnya dari kami juga masih dalam pembahasan, artinya kami mengikuti saja. Memang kemarin ada dinamika di DPR juga. Kami hanya mengikuti semua stakeholders,” ujar Harry saat ditemui di Masjid Istiqlal, Kamis 4 April 2024.
Di sisi lain, Nixon LP Napitupulu sempat menyebut bahwa kedua pihak masih dalam proses pengumpulan data analisis. Nixon mengatakan, dalam memilih bank untuk dijadikan ‘cangkang’ pengembangan BTN Syariah, pihaknya mempertimbangkan sejumlah segmen seperti portofolio finansial, hukum dan kontrak, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM).
Laba Bank Muamalat turun
Di lain sisi, Bank Muamalat membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp14,1 miliar di sepanjang 2023. Capaian laba itu menyusut sekitar 70 persen bila dibandingkan dengan capaian laba sebelum pajak di 2022 yang mencapai Rp52 miliar.
Direktur Utama Bank Muamalat Indra Falatehan mengatakan, pada 2023 lalu masih terdapat potensi risiko perlambatan ekonomi dan ketidakpastian pasar keuangan global. “Kami akan berupaya untuk meningkatkan profitabilitas pada tahun ini, salah satunya dengan mengurangi beban margin melalui penghimpunan dana murah,” kata Indra.
Namun demikian, bila proses merger kedua bank syariah ini jadi terlaksana, hasil penggabungan Bank Muamalat dan BTN Syariah diharapkan dapat menjadi entitas bank syariah baru yang masuk jajaran 16 besar bank syariah dunia.
Seperti diketahui, aset BTN Syariah pada akhir 2023 sudah mencapai Rp 54,3 triliun, meningkat 19,8 persen (yoy). Sedangkan untuk aset Bank Muamalat mencapai Rp66,9 triliun pada tahun 2023, nilai tersebut tumbuh sebesar 9 persen (yoy).