Ilmuwan Pelopor Mulai Gusar Manusia Hilang Kendali Atas Teknologi AI

Mereka mendesak pemerintah kerja sama mengatur teknologi AI.

Ilmuwan Pelopor Mulai Gusar Manusia Hilang Kendali Atas Teknologi AI
Ilustrasi penerapan teknologi AI. (dok. IBM)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Para ilmuwan yang memelopori penelitian dan pengembangan Teknologi AI (artificial intelligence) mulai khawatir manusia akan mulai kehilangan kendali atas teknologi kecerdasan buatan ini.

Menurut pemberitaan Fortune.com, belasan ilmuwan terkemuka dunia menandatangani surat terbuka yang menyerukan untuk menciptakan perlindungan yang lebih baik untuk memajukan AI.

"Hilangnya kendali manusia atau penggunaan sistem AI yang jahat ini dapat mengakibatkan bencana bagi seluruh umat manusia," demikian para ilmuwan dalam surat tersebut.

Para ilmuwan mengeklaim bahwa seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi AI, setiap kesalahan atau penyalahgunaan dapat membawa konsekuensi yang serius bagi umat manusia. Untuk itu, mereka mendesak pemerintah dunia untuk bekerja sama mengatur teknologi tersebut sebelum terlambat, karena ‘bencana’ ini dapat terjadi kapan saja.

Di antara para ahli yang memohon pemerintah untuk bertindak atas keamanan AI adalah tiga pemenang penghargaan Turing, yakni Andrew Yao, mentor dari beberapa pengusaha teknologi paling sukses di Tiongkok; Yoshua Bengio, salah satu ilmuwan komputer yang paling banyak dikutip di dunia; dan Geoffrey Hinton, pengajar salah satu pendiri dan mantan kepala ilmuwan OpenAI, Ilya Sutskever.

Dalam surat tersebut, para ilmuwan memuji kerja sama internasional pada AI, seperti pertemuan Mei lalu antara para pemimpin dari AS dan Tiongkok di Jenewa untuk membahas risiko AI. Namun, mereka mengatakan lebih banyak kerja sama diperlukan.

“Secara kolektif, kita harus bersiap untuk menghindari risiko bencana yang dapat terjadi kapan saja,” demikian isi surat tersebut.

Langkah-langkah

Ilustrasi artificial intelligence. (ShutterStock/Jirsak)

Dalam surat tersebut, Fortune.com menuliskan bahwa para ilmuwan menguraikan langkah-langkah untuk segera mulai mengatasi risiko penggunaan AI yang jahat, sebagai berikut:

  1. Badan keselamatan AI pemerintah
    Pemerintah perlu bekerja sama dalam tindakan pencegahan keselamatan AI. Beberapa ide ilmuwan tersebut termasuk mendorong negara-negara untuk mengembangkan otoritas AI khusus yang menanggapi ‘insiden’ dan risiko AI di dalam wilayah mereka. "Badan ini akan memastikan negara-negara mengadopsi dan menerapkan serangkaian langkah-langkah persiapan keselamatan yang efektif, termasuk pendaftaran model, pengungkapan, dan tripwire," begitu tulis meraka dalam surat tersebut.
  2. Janji keselamatan para pengembang teknologi AI
    Ide lainnya adalah mengharuskan pengembang untuk menjamin keamanan model mereka, dengan berjanji bahwa mereka tidak akan melewati batas bahaya. Pengembang akan bersumpah untuk tidak menciptakan AI, "yang dapat mereplikasi, meningkatkan, mencari kekuasaan, atau menipu penciptanya secara otonom, atau yang memungkinkan pembuatan senjata pemusnah massal dan melakukan serangan siber," tulis mereka.
  3. Penelitian independen dan pemeriksaan teknologi pada AI
    Proposal lainnya adalah membuat serangkaian dana verifikasi dan keamanan AI global, yang didanai oleh pemerintah, filantropis, dan perusahaan yang akan mensponsori penelitian independen untuk membantu mengembangkan pemeriksaan teknologi yang lebih baik pada AI.

Related Topics

Teknologi AI

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

IDN Channels

Most Popular

12 Tahun Dijual, Rumah Mewah Michael Jordan di Chicago Akhirnya Laku
Isak Tangis Sri Mulyani di Banggar DPR Usai Sepakati RUU APBN 2025
OnlyFans Cetak Rekor Pendapatan, Capai US$6,6 Miliar di 2023
Perbedaan Istana Garuda dan Istana Negara IKN, Jangan Keliru
Alibaba Pertahankan Kepemilikan 88 Miliar Saham GoTo hingga 5 Tahun
Bunga Acuan Turun, BI Proyeksikan Kredit Bank Tumbuh 12%