Merek Mewah Mulai Investasi pada AI, Apa Untungnya?

Investasi AI di industri mewah meningkat 79 persen.

Merek Mewah Mulai Investasi pada AI, Apa Untungnya?
Butik Cartier di Plaza Senayan/Dok. Time International
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Peran AI kini masuk ke berbagai industri. Dorongan strategis seperti pengalaman yang dipersonalisasi, perlindungan identitas merek, dan manajemen rantai pasokan yang efisien mendorong lonjakan investasi AI dalam industri mewah.

"Para konsumen sangat bersedia terlibat dengan merek-merek mewah dan merasakan teknologi baru yang mereka hadirkan," kata Sourabh Nyalkalkar, Kepala Praktik Produk Inovasi di GlobalData, melansir Retail Asia pada Senin (22/7).

Industri mewah dibangun di atas fondasi pengerjaan yang cermat dan perhatian terhadap detail. AI memasuki sektor ini bukan sebagai pengganggu, tetapi sebagai penambah kreativitas dan ketepatan. Menurut laporan GlobalData, berbagai merek mewah telah meningkatkan investasi AI mereka sebesar 79 persen menjadi lebih dari US$360 juta dalam tiga tahun terakhir. Apa saja keuntungannya?

Meningkatkan pengalaman pelanggan

Nyalkalkar mengatakan, AI mengubah cara informasi sampai ke pelanggan. Sistem rekomendasi, yang sebelumnya bergantung pada perilaku penelusuran, kini mengintegrasikan biomarker individu untuk kustomisasi yang lebih tepat, Personalisasi ini juga meluas ke teknologi visi komputer, memungkinkan pengukuran tubuh yang akurat dan analisis warna kulit, sehingga produk dapat disesuaikan dengan beragam demografi konsumen.

Raksasa mewah seperti LVMH, Chanel, dan Kering memimpin inovasi yang didorong oleh AI ini, memperkenalkan teknologi seperti rekomendasi kosmetik bertenaga AI dan alat pengukuran tubuh non-intrusif.

"Mereka bermitra dengan perusahaan teknologi, atau bahkan terlibat dalam kemitraan dalam transaksi aset yang membantu mereka menjadi lebih berfokus pada pelanggan menggunakan teknologi AI," kata Nyalkalkar.

Percobaan virtual, yang sangat populer di Asia Selatan, juga memungkinkan konsumen untuk lebih terlibat dengan penawaran mewah.

Baru-baru ini, Cartier juga bermitra dengan Snap untuk menggunakan teknologi AI dan AR, memungkinkan pengguna untuk mencoba cincin secara virtual sebelum membeli.

"Dengan model AI generatif, perusahaan kini dapat berkolaborasi dengan pengguna dan menciptakan desain mereka sendiri, yang membantu pengguna mengekspresikan kreativitas mereka sendiri dan memperkuat identitas merek serta loyalitas merek," katanya.

Selain itu, inovasi-inovasi ini juga menangani masalah keberagaman dan inklusivitas dengan mengakomodasi berbagai jenis tubuh dan etnis, sehingga memperluas daya tarik pasar dan meningkatkan kepuasan konsumen.

"Saat perusahaan mengadopsi teknologi-teknologi ini, mereka menjangkau audiens yang lebih luas, karena sekarang mereka dapat mengakomodasi berbagai jenis tubuh, berbagai etnis, dan ini membantu mereka mengatasi masalah keberagaman dan inklusivitas, yang merupakan kemenangan besar bagi konsumen," kata Nyalkalkar.

Misalnya, Chanel dan Louis Vuitton bermitra dengan perusahaan teknologi untuk merintis solusi yang didorong oleh AI yang memastikan keaslian dan mengoptimalkan inventaris di seluruh saluran penjualan global.

Melindungi identitas merek dan efisiensi

Nyalkalkar juga menyebutkan peran penting AI dalam memperkuat ketahanan merek terhadap tantangan barang palsu dan meningkatkan efisiensi operasional.

"Faktor kedua adalah perlindungan identitas merek," katanya. "Barang palsu telah menjadi tantangan bagi industri mewah untuk waktu yang sangat lama, dan mereka berharap teknologi seperti AI dan blockchain dapat membantu mereka mengatasi tantangan ini di masa mendatang."

Selain itu, AI juga diharapkan dapat memperlancar upaya ekspansi global dengan meningkatkan manajemen inventaris dan meningkatkan prediktabilitas di seluruh saluran penjualan.

"Diharapkan bahwa alat AI membantu mereka menjadi lebih prediktif dalam mengelola rantai pasokan ke depan," kata Nyalkalkar.

Ke depan, ia memprediksi bahwa kemajuan terus-menerus dalam teknologi AI akan mendorong hiper-personalisasi dalam barang-barang mewah.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya