Jakarta, FORTUNE – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, menyatakan kesiapan pemerintah untuk membatasi kehadiran aplikasi asal Cina, Temu, di Indonesia, dan bahkan berencana memblokirnya dari Google PlayStore dan App Store.
"Nanti kami akan tindak, karena ini menyangkut nasib UMKM. Kalau diperlukan, kami akan blokir," ujar Budi Arie setelah konferensi pers, Kamis (3/10).
Budi Arie menegaskan bahwa pemblokiran akan dilakukan jika aplikasi tersebut dilarang beroperasi. Ia juga menyoroti upaya pemerintah untuk menutup akses aplikasi yang menerapkan model bisnis direct to customer (D2C) itu.
Menurutnya, aplikasi tersebut jika dibiarkan dapat berdampak negatif pada sektor ketenagakerjaan dan keberlangsungan UMKM.
"UMKM kita melibatkan tenaga kerja, jadi kita harus melindunginya dari ancaman platform luar negeri," ujarnya.
Selain itu, Budi Arie menyebutkan bahwa Temu belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) di Indonesia.
Lantas bagaimana aplikasi Temu ini dikhawatirkan bakal mengganggu UMKM di Indonesia. Simak penjelasan singkat di bawah ini.
Temu lokapasar yang hubungkan produsen langsung ke konsumen
Temu merupakan aplikasi E-commerce yang langsung menghubungkan produsen langsung dengan konsumen ritel. Artinya, barang dari produsen tidak lagi harus melewati reseller, afiliator, dan pihak ketiga. Karena sistemnya yang seperti itu, harga barang yang ditawarkan oleh aplikasi ini jadi sangat murah.
Pada laman resminya Temu menyatakan diri sebagai platform e-commerce yang memungkinkan pelanggan untuk menelusuri dan membeli produk dari berbagai kategori, seperti elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian, dan aksesori yang terhubung langsung dengan 80 pabrik di Cina.
Temu didukung oleh perusahaan asal Cina, PDD Holdings, yang sekarang memiliki kantor pusat di Boston, Amerika Serikat. Kapitalisasi pasar PDD Holding melampaui kapitalisasi pasar raksasa Cina lainnya, Alibaba, sehingga menjadikannya sebagai perusahaan Cina paling bernilai yang terdaftar di Amerika Serikat.
Temu pertama kali diluncurkan pada 2022 dan meraih kepopuleran dengan cepat di Amerika. Bahkan, Temu menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak diunduh pada App Store dan Google Play Store dengan jumlah unduhan mencapai 165 juta.
Temu juga memiliki banyak pengguna aktif, yakni mencapai 167 juta orang setiap bulannya. Bahkan, di Amerika Serikat penggunanya setidaknya mencapai 50 juta.
Ekspansi Temu di berbagai negara
Kepopuleran Temu di Amerika juga didukung oleh iklan yang anggarannya mencapai miliaran dolar AS. Sejak didirikan, Temu telah berkembang pesat menjadi pemain utama dalam e-commerce global.
Temu awalnya tersedia di AS, dan diluncurkan pada 2022, lalu menyusul di Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Pada April 2023, Temu juga mulai melayani pasar Eropa, termasuk Inggris, Prancis, Spanyol, Jerman, Italia, dan Belanda, sebelum memasuki pasar Jepang dan Korea Selatan.
Sejak September lalu, Temu telah hadir di Filipina, yang mencerminkan ambisinya yang lebih luas di Asia Tenggara.
Laman Britannica melansir bahwa dalam setahun sejak peluncurannya, Temu diperkirakan memperoleh pendapatan sebesar US$16 miliar.
Temu unggul dalam hal keragaman dan volume produk yang ditawarkan dengan harga sangat murah. Anda dapat membeli sepatu seharga US$15, kalung seharga US$1, dan papan tik nirkabel seharga US$10.
Bahkan, apa pun yang Anda pikirkan mungkin tersedia di Temu dengan harga kurang dari US$50.