TECH

Ahli: Serangan Siber Masih Jadi Hambatan Ekonomi Digital RI

Indonesia jangan cuma jadi pasar, tapi juga pelaku industri.

Ahli: Serangan Siber Masih Jadi Hambatan Ekonomi Digital RIIlustrasi ekonomi digital. (Pixabay/Geralt)
02 August 2024

Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkirakan nilai Ekonomi Digital Indonesia akan mencapai Rp5.800 triliun pada tahun 2030. Namun, Serangan Siber masih menjadi hambatan besar yang masih harus diselesaikan.

Pengamat teknologi informasi, Pratama Persadha, mengatakan serangan siber juga mengancam pertumbuhan ekonomi digital.

Apalagi, Indonesia kekurangan tenaga kerja terampil di bidang teknologi informasi dan komunikasi. “Pemerintah perlu berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan tidak hanya keterampilan digital namun juga meningkatkan kewaspadaan dalam hal keamanan siber,” ujarnya kepada Fortune Indonesia, Jumat (2/8).

Menurutnya, serangan siber dan kebocoran data yang kerap terjadi di Indonesia dalam beberapa waktu belakangan, seringkali diakibatkan oleh kelalaian Sumber Daya Manusia (SDM).

Ia menilai SDM teknologi yang ada saat ini sering mengabaikan protokol keamanan siber. Kelalaian ini menjadi pintu masuk oleh peretas untuk masuk dan mencuri data perusahaan.

Padahal, infrastruktur keamanan digital Indonesia dinilai sudah cukup mumpuni namun deteksi dini dan respons terhadap ancaman siber harus makin diperkuat. “Perusahaan yang terlibat dalam ekonomi digital biasanya sudah mengadopsi sistem keamanan siber yang mutakhir dan canggih, namun selain dari sisi teknologi, sisi SDM juga harus ditingkatkan,” katanya.

Hal ini juga harus dilakukan beriringan dengan mitigasi keamanan siber lainnya seperti perlindungan data dengan sistem yang canggih, pemerataan digitalisasi ke berbagai daerah secara inklusiv, dan regulasi yang mendukung inovasi sambil melindungi konsumen dan data pribadi adalah tantangan yang kompleks.

Jangan hanya jadi pasar

Pedagang makanan yang menggunakan QRIS dalam sistem pembayaran dagangannya.
Pedagang makanan yang menggunakan QRIS dalam sistem pembayaran dagangannya. (ANTARAFOTO/Siswowidodo)

Pratama mengatakan, Indonesia memiliki lebih dari 221 juta pengguna internet dan jadi salah satu negara dengan populasi pengguna teknologi digital terbesar di dunia.

Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi digital tidak boleh hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar, namun juga berperan sebagai pelaku industri digital dunia.

Insiden siber yang sering terjadi di Indonesia, menurut Pratama, bisa mempengaruhi keputusan dari para investor untuk berbisnis di Indonesia.

Maka dari itu, seluruh pihak, baik Pemerintah, swasta, maupun masyarakat, harus bahu-membahu meningkatkan keamanan siber di Indonesia. “Sehingga dengan kondisi keamanan siber yang lebih bagus akan dapat menarik minat banyak investor untuk melakukan bisnisnya di Indonesia,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa Indonesia adalah salah satu pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara dengan platform seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, memfasilitasi transaksi jutaan pengguna setiap hari.

“Layanan keuangan digital juga telah tumbuh secara eksponensial dengan banyak startup fintech menyediakan layanan pembayaran, pinjaman, dan investasi. Layanan ride-hailing dan layanan on-demand di Indonesia juga menawarkan berbagai layanan mulai dari transportasi, pengiriman makanan, hingga layanan keuangan,” kata Pratama.

Keyakinan Jokowi

Presiden Jokowi menghadiri FEKDI dan KKI di Jakarta Convention Center Senayan, Jakarta, Kamis (1/8).
Presiden Jokowi menghadiri FEKDI dan KKI di Jakarta Convention Center Senayan, Jakarta, Kamis (1/8). (dok. Setpres)

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.