GSMA: RI Bisa Raih Investasi US$18 Miliar untuk Kembangkan Jaringan 5G
Kolaborasi sektor publik dan swasta jadi kunci keberhasilan.
Jakarta, FORTUNE – Organisasi global yang menyatukan ekosistem seluler dunia, GSMA, mengungkapk temuan yang menunjukkan Indonesia berpotensi mendapatkan Investasi sekitar US$18 miliar pada industri seluler pada kurun 2024-2030, yang sebagian besarnya dialokasikan untuk Jaringan 5G.
Head of APAC GSMA, Julian Gorman, mengatakan proyeksi investasi tersebut dapat amenyumbang sekitar US$41 miliar bagi pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia dalam enam tahun ke depan.
“Dampak transformasional yang dimiliki teknologi seluler termasuk 5G terhadap industri menekankan pentingnya Indonesia untuk membina dan mendorong ekosistem yang dinamis guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendorong inovasi,” ujarnya dalam Digital Nation Summit di Jakarta, Kamis (12/9).
Julian menyatakan laporan Mobile Economy Asia Pacific 2024 terbaru dari GSMA menyoroti kemajuan pesat Indonesia dalam teknologi seluler dan potensi besar untuk pertumbuhan di masa depan. Pada 2030, Indonesia diperkirakan akan menjadi pasar smartphone terbesar kedua di Asia Pasifik dengan 387 juta koneksi smartphone. Hal ini diyakini akan membuka berbagai layanan digital baru dan meningkatkan produktivitas ekonomi.
Berdasarkan laporan itu, meskipun 5G masih dalam tahap awal perjalanannya di Indonesia, rencana ambisius pemerintah dan operator mengindikasikan bahwa lebih dari 32 persen koneksi akan menggunakan 5G pada 2030. Sekitar 67 persen koneksi diperkirakan akan menggunakan 4G pada 2030 dengan 94 persen populasi menggunakan smartphone.
“Di seluruh dunia, 5G merevolusi cara sektor industri yang menjadi inti pertumbuhan Indonesia beroperasi dan dapat membuka peningkatan produktivitas ekonomi yang kuat,” kata Julian. “Indonesia memiliki ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan industrinya harus bersaing secara global untuk ekspor dan investasi.”
Fokus pemerintah
Sementara itu, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo, Ismail, mengatakan bahwa fokus pada pengembangan dan pelepasan pita frekuensi utama untuk memungkinkan layanan canggih seperti 5G, jadi bagian sentral dari strategi transformasi digital yang dilakukan pemerintah, selain Peta Jalan Spektrum IMT (International Mobile Telecomunications).
“Kolaborasi dengan pemangku kepentingan adalah salah satu strategi penting untuk membangun kerangka kerja yang komprehensif bagi visi digital Indonesia dalam pengembangan dan penggunaan teknologi digital di seluruh Indonesia. Dengan ini, kami meletakkan dasar untuk peluncuran 5G yang mulus dan seterusnya, menempatkan Indonesia sebagai pemimpin dalam ekonomi digital global,” ujar Ismail.
Menurut Ismail, percepatan transformasi digital di Indonesia akan dicapai melalui penggunaan 5G dengan menghubungkan penyedia solusi dengan pengguna, serta mendorong kolaborasi untuk mengembangkan ekosistem perangkat teknologi digital dan mendukung pengembangan industri domestik.
Pentingnya kolaborasi
Lebih lanjut, Ketua Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI), Teguh Prasetya, mengatakan pendekatan kolaboratif antara sektor publik dan swasta penting untuk mencapai tujuan digital.
“Melalui upaya kolektif, kita dapat memanfaatkan potensi penuh 5G dan teknologi seluler lainnya untuk mendorong inovasi, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan peluang ekonomi baru bagi semua,” katanya.
Selain itu, inklusivitas menjadi fokus penting dalam transformasi digital di Indonesia. Terlebih, transformasi digital akan memberikan solusi yang lebih baik dalam industri seperti pertanian dan kesehatan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup seluruh masyarakat Indonesia.