Jakarta, FORTUNE - Perusahaan riset dan konsultasi Gartner kembali merilis Tren Teknologi strategis yang diprediksi akan mendominasi dunia bisnis pada tahun 2025. Dalam laporan terbaru mereka, Gartner menyoroti pentingnya perusahaan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi yang datang, termasuk agen AI, kriptografi postkuantum, komputasi hibrida, dan teknologi baru lainnya yang sedang berkembang.
Laporan tahunan yang diluncurkan bertepatan dengan Gartner IT Symposium/Xpo di Orlando, memberikan gambaran tentang teknologi masa depan yang harus mulai diperhatikan oleh perusahaan. Beberapa tren teknologi yang disebutkan mungkin masih terasa futuristik, tetapi Gartner menekankan bahwa bisnis perlu mulai menyadari dan mempersiapkan diri menghadapi inovasi tersebut.
Contohnya, teknologi komputasi optik dan neuromorfik diprediksi akan menjadi fondasi penting bagi komputasi hibrida dan hemat energi. Komputasi optik memanfaatkan foton yang bergerak jauh lebih cepat daripada elektron, sehingga mengurangi panas dan meningkatkan kinerja dalam tugas komputasi intensif. Komputasi neuromorfik, di sisi lain, menawarkan pendekatan pemrosesan yang lebih menyerupai otak manusia dengan bekerja secara paralel, berpotensi mempercepat proses AI dan sensor.
Gartner juga menggarisbawahi pentingnya akselerator baru yang melengkapi unit pemrosesan pusat (CPU). Teknologi seperti GPU yang awalnya digunakan dalam industri game, kini terbukti sangat berguna dalam perhitungan AI dan kripto, bersama dengan unit pemrosesan khusus seperti Tensor Processing Units (TPU) yang dirancang untuk pembelajaran mesin.
Meskipun banyak dari teknologi ini belum siap untuk diadopsi secara luas dalam waktu dekat, Gartner menekankan bahwa tren ini menunjukkan arah masa depan dan perusahaan perlu mulai merencanakan langkah-langkah strategis. Gartner tidak menyarankan bahwa setiap perusahaan harus segera menerapkan semua inisiatif ini, tetapi lebih mendorong mereka untuk waspada dan siap menghadapi peluang dan tantangan yang akan datang.
Dengan kemunculan agen AI yang diharapkan akan mulai mengambil keputusan otonom, serta platform tata kelola AI yang berfokus pada kepercayaan, risiko, dan keamanan, Gartner memperkirakan bahwa inovasi ini akan berdampak besar pada cara kerja bisnis di masa depan.
Salah satu tren menarik adalah AI Agensi, yang memungkinkan agen AI untuk mengambil tindakan secara otonom, berbeda dari sistem otomatis yang telah ada selama beberapa dekade. Gartner memprediksi bahwa pada tahun 2028, 15 persen dari keputusan sehari-hari akan diambil oleh agen AI. Berikut ini prediksi tren teknologi 2025 sebagai gambaran untuk berbagai sektor industri dan bisnis.
1. AI agensi (Agentic AI)
AI agensi adalah cara korporat untuk menyebut AI dengan agen. Saya suka bagaimana Microsoft menggambarkannya. Mereka mengatakan "Pikirkan agen sebagai aplikasi baru untuk dunia yang didukung AI."
Pada dasarnya, idenya adalah bahwa AI akan mengambil peran dalam beberapa tindakan otonom. Ingatlah bahwa otonom tidak sama dengan otomatis. Kami telah melakukan "otomatis" selama beberapa dekade.
Sistem otomatis mengikuti instruksi tertentu untuk melakukan tugas. Sistem otonom beroperasi secara independen, belajar, mengambil keputusan, dan beradaptasi.
Meskipun saat ini tidak ada keputusan yang dibuat oleh agen AI, Gartner memprediksi bahwa sekitar 15 persen dari keputusan pekerjaan sehari-hari akan dibuat oleh agen AI pada tahun 2028.
2. Platform tata kelola dengan AI (AI governance platforms)
Platform tata kelola dengan AI layak mendapat perhatian setiap eksekutif di jajaran C-level. Ini semua tentang kepercayaan, akuntabilitas, dan dasar hukum serta etika dari sistem AI.
Tata kelola AI adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerangka kerja dalam mengelola tantangan ini. Gartner menggunakan akronim TRiSM (Trust, Risk, and Security Management).
Inilah kesimpulan besar dari prediksi masa depan yang dilakukan Gartner. Mereka memprediksi bahwa dalam tiga tahun, "Organisasi yang menerapkan platform tata kelola AI yang komprehensif akan mengalami 40 persen lebih sedikit insiden etika terkait AI dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki sistem semacam itu."
Insiden etika yang dimaksud yakni akibat tuntutan hukum, keluhan karyawan, dan hubungan publlik yang sangat buruk. Pengurangan 40 persen insiden atau masalah bisa berarti perbedaan antara melanjutkan karier yang sukses atau berdiri di antrean pengangguran.
3. Disinformasi keamanan (Disinformation security)
Gartner menyoroti pentingnya keamanan disinformasi sebagai elemen utama dalam postur keamanan digital perusahaan. Meskipun terdengar seperti perlindungan hak untuk menyebarkan informasi palsu, konsep ini sebenarnya berfokus pada perlawanan terhadap disinformasi.
Dalam wawancara dengan Anoop Joshi, Kepala Petugas Kepercayaan Trustpilot, isu ini dibahas lebih lanjut. Sebagai platform ulasan tepercaya, Trustpilot menganggap disinformasi sebagai ancaman besar.
Gartner menggambarkan keamanan disinformasi sebagai "kategori teknologi baru yang secara sistematis membedakan kepercayaan, menyediakan sistem metodologis untuk memastikan integritas, menilai keaslian, mencegah peniruan, dan melacak penyebaran informasi berbahaya."
Meski saat ini belum banyak upaya formal di bidang ini, Gartner memprediksi bahwa pada 2028, separuh perusahaan akan memiliki sistem yang mampu melawan serangan disinformasi. Dengan AI di tangan aktor jahat, peningkatan disinformasi yang tampak kredibel diperkirakan akan meningkat secara signifikan.
4. Kriptografi pascakuantum (Postquantum cryptography)
Gartner memperingatkan ancaman besar yang dihadapi dunia kriptografi ketika komputasi kuantum menjadi kenyataan. Komputer kuantum yang jauh lebih cepat dari mesin saat ini dapat memecahkan enkripsi yang sebelumnya membutuhkan ribuan tahun dalam hitungan jam.
Gartner memprediksi bahwa pada 2029, sebagian besar metode kriptografi saat ini akan menjadi tidak aman. Gartner merekomendasikan penelitian mendalam untuk mengembangkan teknik kriptografi yang mampu bertahan di era komputasi kuantum.
5. Kecerdasan tak kasat mata (Ambient invisible intelligence)
Kecerdasan tak kasat mata menjadi salah satu tren teknologi yang diperkirakan akan meluas. Ini melibatkan rumah, kantor, dan ruang ritel yang dipenuhi dengan sensor pintar dan dikelola oleh AI untuk berbagai fungsi otomatis.
Gartner memproyeksikan bahwa hingga 2027, penerapan teknologi ini akan fokus pada sektor ritel dan pergudangan. Meski begitu, penggemar teknologi rumah pintar sudah mulai memanfaatkan gadget otonom yang mengubah keseharian mereka.
6. Komputasi hemat energi (Energy-efficient computing)
Gartner memperkirakan bahwa komputasi hemat energi akan menjadi sorotan utama di tahun-tahun mendatang. Penggunaan AI yang kian meningkat diperkirakan akan menyerap hingga 134 TWh listrik setiap tahunnya pada 2027, lebih banyak dari konsumsi listrik Finlandia.
Teknologi baru seperti akselerator neuromorfik dan optik diharapkan dapat mengurangi konsumsi energi ini. Meski begitu, Gartner mengklaim bahwa pada 2024, organisasi TI akan menjadikan jejak karbon sebagai prioritas utama, namun hal ini diragukan mengingat ledakan teknologi AI dan ancaman siber yang lebih mendesak.
7. Komputasi hibrida (Hybrid computing)
Gartner memproyeksikan bahwa pusat data masa depan tidak lagi hanya berupa deretan server biasa. Dengan munculnya teknologi prosesor, penyimpanan, dan jaringan baru, pusat data akan menjadi campuran dari berbagai teknologi, diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan performa. Tren ini mencerminkan perkembangan dalam komputasi hibrida, yang melibatkan lebih dari sekadar integrasi antara server lokal dan cloud.
8. Komputasi spasial ( Spatial computing)
Tidak diragukan lagi bahwa komputasi spasial, VR, AR, realitas campuran, dan sebagainya sedang menjadi tren. Meta sedang menyebarkan headset Quest berbiaya rendah ke konsumen. Apple Vision Pro, meskipun tidak berhasil dengan harga yang sangat tinggi, masih merupakan prototipe konsep yang kuat untuk masa depan komputasi spasial.
Komputasi spasial, yang mencakup VR, AR, dan realitas campuran, diperkirakan akan melonjak dalam satu dekade mendatang. Gartner memproyeksikan pasar komputasi spasial akan tumbuh dari US$110 miliar menjadi US$1,7 triliun pada 2033.
Adopsi teknologi ini diharapkan terjadi di sektor vertikal seperti monitor virtual dan hiburan, di mana headset VR/AR bisa menggantikan TV dan monitor besar di ruang yang terbatas.
9. Robot Polyfunctional (Polyfunctional robots)
Gartner memperkirakan robot masa depan akan memiliki kemampuan untuk melakukan lebih dari satu tugas, sebuah pergeseran dari robot saat ini yang umumnya hanya fokus pada satu fungsi. Misalnya, robot untuk membersihkan debu, mengantarkan makanan, dan sebagainya.
Pada 2030, 80 persen populasi diperkirakan akan berinteraksi dengan robot pintar setiap hari. Meski belum ada deskripsi jelas mengenai bentuk dan fungsi spesifiknya, tren robot polyfunctional diprediksi akan menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari.
10. Peningkatan neurologis (Neurological enhancement)
Gartner mengklaim bahwa salah satu tren teknologi masa depan yang perlu diperhatikan adalah penggunaan teknologi yang dapat "membaca dan mendekode aktivitas otak" untuk meningkatkan kemampuan kognitif manusia. Teknologi ini akan dilakukan melalui antarmuka mesin-otak dua arah (BBMI).
Gartner memproyeksikan bahwa pada 2030, 30 persen pekerja pengetahuan akan "ditingkatkan dan bergantung" pada BBMI, baik yang didanai oleh pemberi kerja maupun secara pribadi, untuk tetap relevan di tengah pesatnya perkembangan AI.
Namun, banyak pihak meragukan prediksi ini. Teknologi terkait, seperti perangkat VR, telah menunjukkan tingkat adopsi yang rendah, sehingga kecil kemungkinan teknologi yang melibatkan elektroda untuk mendeteksi sinyal otak akan diterima secara luas. Skeptisme ini menyebut bahwa teknologi seperti ini masih jauh dari kenyataan.