AirAsia Food Dikabarkan Tutup di Singapura, Akibat Kalah dari Grab?
Bisnis pengiriman makanan sulit bagi pendatang baru.
Jakarta, FORTUNE – AirAsia Food dikabarkan telah menutup operasionalnya di Singapura, seperti dilansir dari The Straits Times. Media Singapura menjajal pemesanan pada aplikasi AirAsia Food, tapi platform tersebut tidak menindaklajuti permintaan pemesanan pada kurun 20–31 Desember 2022.
“Ketika kami mencoba melakukan pemesanan pada platform pemesanan berbasis web dengan memasukkan alamat Singapura, muncul pesan yang mengatakan bahwa alamat tersebut berada di luar area jangkauan layanan,” begitu bunyi warta dimaksud, dikutip Senin (2/1).
Mereka diarahkan untuk mengecek layanan di wilayah negara tetangga Malaysia, yakni Sri Petaling dan George Town.
The Straits Times mengaku tidak menemukan fitur pengiriman makanan pada aplikasi AirAsia Food. Meski demikian, pihak AirAsia Food sejauh ini belum memberikan respons mengenai hal tersebut.
AirAsiaFood resmi meluncur pada Maret 2021 dan menawarkan pengiriman makanan dari 80 restoran. Aplikasi itu hanya mengutip komisi 15 persen kepada restoran, yang diklaim lebih rendah dari komisi tiga aplikasi pengiriman makanan GrabFood, FoodPanda, dan Deliveroo.
Persaingan bisnis
AirAsia memasuki bisnis pengiriman makanan sebagai bagian dari upaya untuk merambah usaha pada sektor layanan digital. Perusahaan itu berupaya melakukan diversifikasi terutama usai bisnis penerbangannya macet akibat Covid.
Namun, para ahli mengatakan pendatang baru seperti AirAsia di bisnis pengiriman makanan akan kesulitan. Sebab, pemain lama seperti Grab telah menaklukkan pasar lokal.
Direktur Pusat Tata Kelola dan Keberlanjutan Sekolah Bisnis Universitas Nasional Singapura (NUS), Lawrence Loh, menyatakan pasar pengiriman makanan Singapura didominasi oleh GrabFood sebagai pemain terbesar, dan diikuti oleh FoodPanda dan Deliveroo.
“Tidak ada ruang untuk pendatang baru, termasuk AirAsia,” ujarnya kepada The Straits Times.
Asisten Profesor NUS Business School, Zafar Momin, berpendapat perusahaan pengiriman makanan yang ada telah membangun skala ekonomi layak, serta menjadi cukup mengakar dengan pelanggan, restoran, dan pengendara. Menurutnya, hal tersebut membuat lingkungan bisnis menjadi sulit bagi pendatang baru.
Selain memiliki skala operasi lebih kecil dan menerima margin lebih rendah, pendatang baru juga menghadapi biaya pengiriman yang kompetitif dan masalah pasokan pengendara, kata Momin.
Dia berpendapat pertumbuhan pasar pengiriman makanan pascapandemi telah melambat secara signifikan karena lebih banyak orang telah kembali ke kantor untuk bekerja sehingga lebih jarang memesan via platform digital.
AirAsia Food memulai bisnis di Singapura dengan lambat. Dalam empat bulan pertamanya, mereka hanya menerima 100 pesanan per hari.
Namun, pada Juli 2021, Tony Fernandes, kepala eksekutif perusahaan induk AirAsia, Capital A, mengatakan kinerja platform pengiriman makanan "persis seperti yang kami prediksi". Dia mengatakan prioritas AirAsia adalah meningkatkan infrastruktur teknologi platform.