Akibat Ketidakpastian Ekonomi, Spotify Kurangi Rekrut Pekerja Baru
Tak sedikit perusahaan teknologi yang mulai “berhemat”.
Jakarta, FORTUNE – Spotify berniat memperlambat perekrutan pekerja baru menjadi 25 persen pada tahun ini. Langkah tersebut diambil demi merespons situasi ekonomi yang tak menentu.
Dikutip dari Reuters, Jumat (17/6), keputusan perlambatan perekrutan ini terungkap dari surat elektronik pimpinan Spotify terhadap karyawannya. Kebijakan tersebut sekaligus menjadikan Spotify sebagai perusahaan teknologi yang mengencangkan ikat pinggang di tengah ketidakpastian ekonomi.
CEO Spotify, Daniel Ek, mengumumkan kepada karyawan bahwa perusahaan memang masih akan terus merekrut pegawai, tetapi dengan laju yang lebih lambat serta dengan menjadi lebih sedikit bijaksana selama beberapa tahun ke depan.
Platform streaming musik ini tercatat mempekerjakan sekitar lebih dari 8 ribu orang di seluruh dunia.
Pekan lalu, CFO Spotify, Paul Vogel, mengatakan kepada investor bahwa perusahaan tengah mempertimbangkan situasi ekonomi global. Meski kondisi ekonomi belum berdampak terhadap bisnis Spotify, namun dia menyatakan Spotify “terus mencermati situasi dan mengevaluasi pertumbuhan jumlah karyawan” dalam waktu dekat, katanya dikutip dari laman The Hindu.
Kinerja Spotify
Padahal, Spotify belum lama ini menyampaikan optimismenya akan pertumbuhan bisnis. Menurut Daniel Ek, perusahaan menargetkan akan sanggup menghasilkan pendapatan mencapai US$100 miliar atau lebih dari Rp1.483 triliun selama beberapa tahun ke depan.
“Saya percaya bahwa selama dekade berikutnya, kami akan menjadi perusahaan yang dapat menghasilkan pendapatan $100 miliar setiap tahun,” ujarnya.
Spotify, yang telah lama berfokus pada layanan streaming musik, telah mengalami perkembangan signifikan dengan memperluas layanan ke podcast dan audio book. Perusahaan asal Swedia ini telah berinvestasi signifikan di layanan baru tersebut, serta meyakini bisnis itu akan menjadi pendorong pertumbuhan.
Laporan keuangan Spotify menunjukkan perusahaan kuartal pertama tahun ini sanggup meraih pendapatan US$2,66 miliar atau setara Rp39,33 triliun. Revenue Spotify ini naik 24 persen dari US$2,14 miliar pada kuartal pertama tahun lalu. (year-on-year/yoy). Sedangkan, laba kotor perseroan tumbuh 22 persen dalam setahun menjadi US$671 juta atau lebih dari Rp9,9 triliun.
Jumlah pengguna aktif bulanan Spotify pada periode sama mencapai 422 juta orang, atau tumbuh 19 persen dalam setahun, menurut laporan sama. Sedangkan, jumlah pelanggan premium platform streaming ini mencapai 182 juta.
Kepada CNBC International, Juru Bicara Spotify, Adam Grossberg, mengatakan perusahaan jelas menyadari meningkatnya ketidakpastian mengenai ekonomi global.
Spotify menyusul sejumlah perusahaan teknologi yang memperlambat perekrutan ataupun melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), sebagai respons atas gejolak ekonomi, seperti dampak inflasi dan krisis geopolitik Eropa Timur. Sejumlah perusahaan teknologi yang membekukan perekrutan ini di antaranya Meta, Twitter, Intel, dan Uber, demikian Fortune.com. Lalu, Coinbase yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan karyawannya.