Netflix Ditinggalkan, Disney+ Malah Kedatangan Jutaan Pelanggan
Disney membidik 260 juta pelanggan pada 2024.
Jakarta, FORTUNE – The Walt Disney Company mengumumkan kinerja bisnis yang positif pada kuartal yang berakhir April tahun ini. Jumlah pelanggan platform streaming Disney+ tercatat naik sebanyak 7,9 juta orang pada periode tersebut.
Dalam publikasi resmi perusahaan, saat ini total pelanggan Disney+ mencapai 87,6 juta orang. Itu belum termasuk subscribers layanan Disney+ Hotstar yang sebesar 50,1 juta pelanggan. Dengan begitu, total pelanggan platform streaming Disney saat ini sekitar 137,7 juta orang.
“Dengan 7,9 juta pelanggan Disney+ ditambahkan pada kuartal tersebut dan total langganan di semua penawaran direct-to consumer kami yang melebihi 205 juta, sekali lagi membuktikan bahwa kami berada di liga kita sendiri,” kata Bob Chapek, Chief Executive Officer (CEO), The Walt Disney Company, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (13/5).
Disney melaporkan periode sama pelanggan platform ESPN+ mencapai 22,3 juta orang, sedangkan layanan Hulu sebesar 45,6 juta orang.
Torehan positif Disney itu tentu saja berbeda ketimbang Netflix, selaku kompetitor di bisnis streaming. Dinukil dari The Verge, Netflix belum lama ini mengumumkan telah ditinggalkan oleh sekitar 200 ribu pelanggan. Namun, secara keseluruhan Netflix masih memiliki sekitar 222 juta pelanggan.
Sementara itu, HBO dan HBO Max sanguup membukukan kenaikan 3 juta pelanggan baru sehingga total menjadi 77 juta pelanggan.
Sebagai tambahan, Disney membidik target penambahan pelanggan dari 230 juta menjadi 260 juta orang pada September 2024. Dengan kata lain, platform streaming itu diperkirakan harus mencapai rata-rata 9,1 juta pelanggan per kuartal.
Kinerja bisnis Disney
The Walt Disney Company periode sama beroleh pertumbuhan pendapatan 23 persen menjadi US$19,25 miliar atau lebih dari Rp281 triliun, menurut publikasi sama. Revenue dari bisnis media dan hiburan mencapai US$13,62 miliar, sedangkan pendapatan dari Disney Parks, Experiences, and Products sekitar US$6,65 miliar.
Namun, perusahaan yang berkantor pusat di California Amerika Serikat ini membukukan penurunan laba 47 persen menjadi US$597 juta atau sekitar Rp8,73 triliun.
Dalam hemat Bob Chapek, pada tahun fiskal 2022, bisnis Disney masih terdampak oleh pembatasan sosial untuk mengendalikan pandemi. Sejumlah taman Disney, resor internasional, dan kapal pesiar yang masih terusik virus corona bisa jadi misal. Lalu, produksi televisi dan film secara umum telah dilanjutkan, namun masih ada gangguan produksi pada beberapa tempat.
“Kami secara umum dapat merilis film kami pada paruh pertama 2022, meskipun pasar tertentu terus memberlakukan pembatasan pada pembukaan dan kapasitas teater. Kami telah mengeluarkan, dan akan terus mengeluarkan, biaya untuk mengatasi peraturan pemerintah dan keselamatan karyawan, tamu, dan karyawan kami,” katanya.
Di sisi lain, raksasa hiburan itu dikkabarkan tengah bekerja untuk mengimbangi tekanan inflasi dan tantangan dalam rantai pasokan global.
"Saat ini, sangat sulit untuk memperkirakan secara akurat potensi dampak keuangan karena situasi yang tidak menentu, tetapi Anda dapat percaya bahwa kami sepenuhnya menyadarinya dan kami bekerja keras untuk mengurangi tekanan pada margin," kata Chief Financial Officer (CFO) Christine McCarthy, seperti dikutip dari Reuters.