Pasar NFT Ambruk, Volume Perdagangan di OpenSea Melorot 99%
OpenSea tak khawatir terhadap volatilitas pasar NFT.
Jakarta, FORTUNE – OpenSea mengalami penurunan volume perdagangan NFT seiring kondisi pasar sedang kehilangan gairahnya. Kejatuhan nilai aset digital ini seiring dengan tren bearish di pasar aset kripto.
Fortune.com melansir, Kamis (1/9), jumlah transaksi NFT di OpenSea akhir pekan lalu hanya US$9,34 juta atau turun 99 persen jika dibandingkan dengan rekor perdagangannya pada Mei yang US$2,7 miliar.
Menurut laporan DappRadar, lokapasar aset digital terbesar di dunia itu hanya memiliki 24.020 pengguna atau turun sekitar sepertiga ketimbang puncak tertinggi perdagangan pada Mei.
Berdasarkan analisis Dune yang dikutip oleh cointelegraph, volume transaksi OpenSea secara bulanan terkoreksi 90 persen dari rekor US$4,85 miliar pada Januari 2022.
Volume transaksi serta pengguna OpenSea yang turun ini menunjukkan nilai dan minat pada NFT yang melorot dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, Juru Bicara OpenSea, dalam sebuah surat elektronik kepada Fortune.com, menyatakan perusahaan tak setuju dengan metodologi DappRadar, yakni membandingkan puncak tertinggi perdagangan dengan level terendah.
“Kami memainkan permainan panjang karena kami melihat apa yang mungkin terjadi. Jadi, kami tidak terlalu khawatir dengan volatilitas jangka pendek,” demikian keterangan resmi OpenSea.
Seiring pasar kripto
Tren koreksi volume perdagangan di pasar NFT ini bertepatan dengan kejatuhan harga aset kripto. Bitcoin, misalnya, telah turun 57 persen sejak awal tahun. Sedangkan, Ethereum terkoreksi 59 persen pada periode sama.
Harga dasar sejumlah NFT blue chip juga tercatat merosot. Ambil misal Bored Ape Yacht Club (BAYC) yang turun 53 persen menjadi sekitar US$110.000. Contoh lain koleksi NFT populer yakni Cryptopunks yang terkoreksi 19 persen dari puncaknya pada Juli.
Di sisi lain, kondisi pasar aset kripto jeblok ini telah mengakibatkan investor ritel terguncang. Menurut studi Pew Research Center, 46 persen investor aset kripto Amerika Serikat menyatakan bahwa imbal hasil investasi mereka meleset jauh dari harapan.
Meski aset kripto telah populer setahun terakhir, menurut survei sama, hanya 16 persen orang dewasa AS yang berinvestasi di kelas aset tersebut. Persentase itu hampir sama dengan investor yang menyatakan hal serupa pada September tahun lalu.
Menurut Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, kondisi pasar aset kripto saat ini secara keseluruhan belum stabil. Dia menyebut investor belum percaya diri untuk melakukan akumulasi di tengah sentimen ekonomi negatif.
“Investor masih diliputi kecemasan The Fed yang kemungkinan besar akan mengerek suku bunga acuan dengan agresif setelah data pekerja AS melemah," katanya dalam keterangan kepada media, Rabu (31/8).