TECH

Shinta VR: Proyek Metaverse Mesti Dibangun Berlandaskan Komunitas

Metaverse perlu menyediakan benefit bagi komunitasnya.

Shinta VR: Proyek Metaverse Mesti Dibangun Berlandaskan KomunitasIlustrasi Metaverse. Shutterstock/Thinkhubstudio
07 July 2022

Jakarta, FORTUNE - Metaverse yang belakangan sering dibicarakan kemungkinan membuat publik bertanya-tanya, terutama mengenai cara pengembangannya. Perusahaan teknologi Shinta VR menekankan pembangunan ekosistem virtual itu berlandaskan komunitas.

Metaverse ini berbeda dengan game online. Kalau game online ada rules yang dibikin sama pengembangnya. Tapi kalau kita ngomongin metaverse apalagi open metaverse yang bikin rules itu justru ke depannya komunitas,” kata pendiri sekaligus Managing Director Shinta VR, Andes Rizky, dalam keterangan kepada wartawan, Rabu (6/7).

Shinta VR menyatakan diri sebagai perusahaan teknologi imersif pertama di Indonesia. Didirikan pada 2016, perusahaan ini memiliki pelbagai lini bisnis seperti MilleaLab, platform pembuatan dan pembelajaran berbasis media 3D dan virtual reality (VR), SpaceCollab, platform metaverse untuk pelatihan, dan Virtual Character System atau sistem avatar.

Andes memandang proyek metaverse mesti dipersiapkan mulai dari fase riset, terutama target komunitas, termasuk dampak yang ingin diberikan kepada komunitas tersebut. Dalam tahapan ini, mesti pula menyiapkan manfaat ataupun utilitas dan peta jalan metaverse tersebut.

Setelah tingkatan tersebut beres, pengembang dapat menggarap pelbagai teknologi yang dibutuhkan untuk ekosistemnya seperti 3D, grafis, optimasi, dan perangkat.

Saat ditanya soal biaya yang dibutuhkan untuk membangun suatu proyek metaverse, Andes tak menjawab secara spesifik. Ia hanya mengungkapkan soal waktu pengembangannya. “Mungkin butuh waktu 2 sampai 2,5 tahun baru benar-benar bisa dari riset sampai jadi,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Andes mengeklaim Shinta VR sudah menyiapkan pelbagai teknologi untuk metaverse pada akhir 2017. Kala itu, menurutnya, belum dikenal istilah metaverse, melainkan dunia imersif. “Dulu, kami sudah membayangkan bahwa immersive world ini akan terjadi 2024 sampai 2025. Ternyata karena Covid-19 dan lain sebagainya akhirnya lebih cepat 2022. Sekarang sudah jadi buzzword ini metaverse,” ujarnya.

Kolaborasi

Ilustrasi kesepakatan bisnis di metaverse. Shutterstock/Athitat Shinagowin

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.