Telkom Rilis Metaverse, Erick Thohir Tak Ingin RI Menyesal
Adaptasi Telkom terhadap perubahan zaman.
Jakarta, FORTUNE – Menteri BUMN, Erick Thohir, menyatakan kehadiran metaverse metaNesia oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk sebagai langkah konkret BUMN dalam mempercepat ekosistem digital terintegrasi. Dia pun menegaskan peluncuran itu merupakan bentuk adaptasi Telkom dalam merespons perubahan zaman.
"Jangan sampai nanti negara lain sudah membuat dunia baru dengan sistem pembayaran sendiri, pasarnya tetap di Indonesia, lalu baru kita menyesal. Kita harus menyeimbangkan perubahan dari ekosistem ini," ujar Erick dalam keterangan kepada media (1/8).
Telkom resmi memperkenalkan metaNesia pada ajang Digiland di Jakarta (31/7). Teknologi tersebut diharapkan dapat menjadi batu loncatan bagi perekonomian virtual di Indonesia. Bukan hanya mewadahi perusahaan besar, tapi juga menjadi rumah bagi UMKM untuk menjangkau peluang baru.
Sinergi
Kementerian BUMN mendorong Telkom menggandeng banyak pihak, kata Erick, salah satunya dengan membantu UMKM. Dia mencontohkan Sarinah yang dengan melakukan seleksi ketat dalam melakukan kurasi produk sehingga dapat tampil sekarang kualitas tak kalah dari produk asing.
"Pengunjung (Sarinah) dalam empat bulan sudah mencapai lima juta orang. Apalagi metaNesia. Satu bulan bisa 20 juta pengunjung, asal produk-produknya unik," lanjut Erick. Di dalam metaverse itu, PT BioFarma diharapkan dapat memberikan kemudahan konsultasi kesehatan secara daring.
Dilansir dari situs metaNesia, metaverse tersebut didukung oleh smarteye.id yang diklaim sudah berpengalaman dalam mengembangkan augmented reality dan virtual reality. Ekosistem itu didukung sejumlah mitra dalam Metanesia, yakni perusahaan otomotif Honda, Bio Farma, Perhutani, dan Bank Indonesia (BI).
Menurut Ery Punta Hendraswara, Deputy Executive Vice President Digital Technology & Platform Business Telkom Indonesia, metaNesia diklaim sanggup menawarkan pengalaman yang berbeda di dalam dunianya, bukan cuma menampilkan interaksi dengan visual biasa.
“Sebelumnya orang punya persepsi kalau metaverse harus pakai VR, padahal metaverse more than that. Artinya interaksinya memang bisa menggunakan VR, tetapi kami juga mengenal VR. Bahkan, ada juga yang interaksinya lebih sederhana, seperti menggunakan handphone atau PC layaknnya bermain gim,” katanya.
MetaNesia, kata dia, memungkinkan penambahan sentuhan dan komponen tambahan bagi Telkom untuk melayani konsumen setia, ataupun menjaring konsumen baru yang belum terjangkau.
Sementara itu, Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah, menyatakan Telkom baru bekerja sama dengan sejumlah perusahaan dalam mengembangkan metaNesia. Perusahaan membangun mal dan showroom mobil secara virtual, yang merupakan use case metaverse. Dia menekankan tentang perlunya kesadaran perusahaan soal penggunaan metaverse untuk pengembangan bisnis.
Ke depan, kata Ririek, Telkom bakal mengembangkan mal virtual metaNesia dengan menghadirkan lebih banyak produk. Metaverse ini menurutnya akan sangat bermanfaat dan praktis ke depannya bagi pembeli untuk bisa melihat dan merasakan produk yang ingin dibeli secara daring, sebelum akhirnya benar-benar membeli di dunia nyata.
“Kami yakin ke depan akan banyak yang memanfaatkan ini semua,” kata Ririek, seperti dikutip dari Antara.