Terpukul Pandemi, Deretan Brand Fesyen yang Gulung Tikar di 2021
Jenama fesyen global yang dulu punya nama besar kini tutup
Jakarta, FORTUNE – Sudah hampir tiga tahun, pandemi Covid-19 melanda dunia. Seluruh masyarakat global terkenda dampak, termasuk para pelaku bisnis setiap negara di dunia harus berjibaku mempertahankan stabilitas usahanya.
Tak semua pelaku bisnis bisa bertahan di tengah situasi sulit saat ini. Ada yang mampu bertahan, bahkan semakin berkembang lebih baik, namun ada pula yang terpaksa harus menelan kerugian, bahkan himgga gulung tikar. Salah satunya adalah fesyen.
Beberapa jenama fesyen global yang dulunya mempunyai nama besar pun kini terpaksa harus menutup toko fisiknya secara permanen. Berikut ini adalah beberapa jenama besar dalam dunia fesyen yang terpaksa menurut gerai sepanjang 2021 sebagaimana yang kami lansir dari Antara (22/12).
MUJI Indonesia
Jenama fesyen dan ritel asal Jepang ini sudah 12 tahun beroperasi di Indonesia. MUJI dikenal dengan produk-produk bergaya minimalis. Selain fesyen, MUJI menjual berbagai produk gaya hidup, mulai kosmetik, elektronik, hingga perabotan.
Toko ini pertama kali dibuka di Plaza Indonesia pada 2009. Sayangnya, MUJI Indonesia terpaksa menutup toko terakhirnya di Mall Grand Indonesia, sekaligus menghentikan seluruh operasional perusahaan pada Maret 2021.
“Ucapan terima kasih banyak kepada seluruh pelanggan setia kami yang telah menemani kami kurang lebih 12 tahun di Indonesia,” begitu tulis pengumuman akun instagram resmi mereka, pada (29/3).
Christopher & Banks
Awalnya perusahaan ini bernama Braun’s Fashion yang didirikan sejak 1956 di Amerika Serikat (AS). Perusahaan lantas mengganti merek mereka menjadi Christopher & Banks pada 2000. Dengan 320 toko di 27 negara bagian AS, perusahaan fokus memproduksi pakaian perempuan dewasa dengan rentang usia 35-55 tahun dengan harga yang terjangkau.
Sayangnya, pandemi Covid-19 tak berpihak pada keberlanjutan bisnis Christopher & Banks. Perusahaan ritel fesyen ini pun mengajukan kebangkrutan pada Januari 2021 dan segera menutup seluruh gerainya sebulan kemudian.
Eddie Bauer Japan Co.
Merek fesyen ini sebenarnya berasal dari AS, namun mulai masuk Jepang pada 1990-an. Eddie Bauer mulai terkenal di AS karena menjual jaket bulu angsa pertama di negara tersebut. Kemudian, pada perang dunia kedua, di tahun 1942, Eddie Bauer juga merancang jaket khusus bagi Angkatan Darat AS.
Tanpa menyebutkan sebabnya, toko fesyen dengan kekhasan pada busana kasual ini mengabarkan akan segera undur diri dari pasar Jepang. Hal tersebut disampaikan oleh Eddie Bauer Japan Co. yang akan menutup 60 toko fisik dan situs belanja online mereka pada akhir Desember.
Fenty Fashion House
Siapa yang tak kenal penyanyi internasional, Rihanna? Fenty Fashion House adalah sebuah bisnis yang ia rilis bersama jenama premium LVMH pada 2019. Ada pun Fenty House sendiri memproduksi pakaian, sepatu, dan berbagai aksesori premium. Tak sesuai harapan, kini lini fesyen Fenty House terpaksa menutup bisnisnya pada Februari hingga waktu yang tak terbatas.
Walau demikian, Fenty tetap beroperasi di berbagai lini bisnis lain, seperti kosmetik dan pakaian dalam. Label Fenty sendiri adalah sebuah tonggak bersejarah, di mana sebuah jenama mewah fesyen, untuk pertama kalinya dijalankan oleh perempuan kulit hitam.
Debenhams
Jenama ini adalah nama terbesar untuk department store di Inggris. Sejak berdiri pada 1813, Debenhams terus berkembang pesar, bahkan pada 2006, perusahaan berencana menambah toko fisiknya menjadi 240 cabang.
Namun, pandemi menjadi momok bagi setiap usaha yang dijalankan. Perjuangan Debenhams pun sampai pada peningkatan utang yang tak lagi terbendung. Pada Mei 2021, jemana ini pun menutup seluruh toko fisiknya dan penjualan selama lebih dari 200 tahun di High Street, Inggris.
Meskipun toko fisiknya sudah tidak akan beroperasi lagi, jenama Debenhams maish beroperasi secara online. Nama besar Debenhams pun dibeli oleh Boohoo sebesar £55 juta atau sekitar Rp1 triliun, untuk selanjutnya dioperasikan dengan nama web Debenhams.com pada April.