BUSINESS

Hadirkan Kuliner Sehat, Sarirasa Group Buat Produk Non-GMO Sendiri

Perusahan buat tahu dan tempe non-GMO bersama Tofu Deli.

Hadirkan Kuliner Sehat, Sarirasa Group Buat Produk Non-GMO SendiriKedelai yang digunakan oleh Tofu Deli. (dok. Sarirasa Group)
22 March 2024

Jakarta, FORTUNE – Perusahaan kuliner Tanah Air yang menaungi Sate Khas Senayan, Sarirasa Group menghadirkan Pangan sehat dan berkualitas di setiap menunya, salah satunya dengan membuat sendiri produk tahu dan tempe Non-GMO (Genetically Modified Organism).

Assistant Manager Marketing Communications, Sarirasa Group, Maria Fransisca, mengatakan bahwa perusahaan ingin menghadirkan menu-menu yang fokus pada kesejahteraan dan gaya hidup sehat pelanggan.

“Inisiatif ini datang dari pemilik Sarirasa Group yang khawatir pada bahan pangan yang banyak mengandung bahan kimia dan modifikasi genetik,” ujarnya dalam acara kunjungan media ke pabrik Tahu dan Tempe, Tofu Deli, Kamis (21/3).

Dengan membuat sendiri produk tahu dan tempe yang digunakan oleh berbagai menu di Sarirasa Group, perusahaan bisa memastikan bahwa bahan makanan yang disajikan kepada para pelanggan benar-benar sehat dan terjamin secara kualitas. Untuk itu, Sarirasa Group bekerja sama dengan Tofu Deli, salah satu produsen tahu, tempe, dan susu kedelai di Jakarta, yang berdiri sejak 2020 dan masih satu pemilik dengan Sarirasa.

Dengan begitu, bahan-bahan non-GMO–seperti yang diterapkan pada tahu dan tempe di Sarirasa Group–terjamin secara nutrisi dan dibuat dengan bahan yang benar-benar alami, tanpa bahan pengawet.

“Ini membuktikan produk-produk non-GMO kami aplikasikan ke dalam menu di setiap brand di bawah Sarirasa,” katanya.

Kunci utama

Head of Operation Tofu Deli, Sidarto Tjhin.
Head of Operation Tofu Deli, Sidarto Tjhin. (Fortuneidn/Bayu)

Head of Operation Tofu Deli, Sidarto Tjhin, mengungkapkan bahwa salah satu kunci utama menghadirkan tahu dan tempe yang non-GMO adalah penggunaan bahan baku kacang kedelai yang diimpor langsung dari Kanada, terjamin kemurniannya, dan bersertifikat non-GMO.

Pada dasarnya, bahan baku kacang kedelai dalam negeri pun tidak kalah berkualitas–bahkan lebih baik–daripada yang impor dari Kanada. “Tapi jeleknya, kalau kita beli satu karung, isinya itu banyak sampahnya, seperti jagung, batu, dahan, dan lainnya. Itu kotor sekali dan nggak bisa kita gunakan, karena begitu masuk mesin giling, sampah-sampah tadi bisa merusak,” ujarnya. “Bahan yang dari luar itu bersih sekali.”

Dari segi harga, produk kedelai Indonesia lebih murah 20-30 persen dari produk impor. Namun, kebersihannya tidak bisa terjamin. Tofu Deli baru bisa memesan 6 ton karung kedelai per dua minggu, karena keterbatasan tempat. Untuk menjamin keawetannya, karung-karung tersebut harus disimpan di ruangan berpendingin dan tidak boleh lembab.

“Penggunaan produk non-GMO ini penting bagi kesehatan. Memang dari rasa tidak ada bedanya dengan yang hasil GMO, tapi yang membedakan itu adalah dampaknya ke tubuh orang yang mengonsumsi, mungkin lima atau sepuluh tahun lagi. Jadi, ini efeknya jangka panjang, termasuk tahu atau tempe yang berformalin,” kata Sidarto.

Akibat dari penggunaan bahan baku alami ini, khususnya pada produk tahu tidak bisa bertahan lama. Dalam kondisi penyimpanan dingin, tahun hanya bertahan 3-4 hari saja, sementara, bila diletakkan di luar pendingin, dalam dua jam saja produk tahu akan mulai asam.

Menu vegetarian

Tahu non-GMO yang dihasilkan untuk Sarirasa Group.
Tahu non-GMO yang dihasilkan untuk Sarirasa Group. (dok. Sarirasa)

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.