Krakatau Steel Ekspor HRC ke Italia, Devisa Negara Tambah Rp315 miliar
Ekspor produk baja adalah ketiga yang terbesar di Indonesia.
Jakarta, FORTUNE – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk baru saja melepas ekspor 30.000 metrik ton baja canai panas atau hot rolled coil (HRC) ke Italia, dan menambah kontribusinya kepada devisa negara hingga Rp315 miliar atau sekitar US$21,5 juta.
Direktur Utama Krakatau Steel, Purwono Widodo, mengatakan ekspor ini menjadi bagian dari penambahan kapasitas produksi yang mencapai total 5,6 juta ton per tahun. “Kami terus membuka peluang untuk kebutuhan domestik dengan 30 persen untuk pasar ekspor, terutama untuk wilayah Eropa, di mana Krakatau Steel sudah diakui di sana,” ujarnya dalam keterangan yang dikutip Antaranews, Jumat (28/4).
HRC adalah jenis produk baja yang dihasilkan dari proses pengerolan panas dan siap dipasarkan dalam dalam bentuk koil dan pelat. Ketebalan pelat baja lembaran panas berkisar pada 0,18–25 mm, sedangkan lebarnya antara 600-2.060 mm. HRC bisa diaplikasikan ke dalam sejumlah penggunaan, seperti konstruksi umum dan las; pipa atau tabung; komponen dan rangka otomotif; jalur pipa minyak atau gas, serta berbagai manfaat lainnya.
Pada 2022, Krakatau Steel Group berhasil mencatatkan ekspor total 393.503 ton. Sementara, pada 2023, salah satu perusahaan baja terbesar di Indonesia ini telah melakukan ekspor hingga 80.802,78 ton, setidaknya sampai bulan April tahun ini. Tujuan ekspornya antara lain, Italia, Portugal, Jerman, Turki, Yunani, Spanyol, serta Pakistan.
Dukungan pemerintah
Dengan kepercayaan pasar internasional yang cukup baik ini–terutama Eropa–Purwono berharap pemerintah terus mendukung semua upaya peningkatan utilisasi industri baja dalam negeri.
“Kami akan terus meningkatkan kualitas produk kami, sehingga akan terserap lebih banyak lagi produk baja Krakatau Steel Group untuk kebutuhan baja domestik maupun kebutuhan baja ekspor,” kata Purwono.
Berkenaan dengan ekspor ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) di laman resminya menyatakan bahwa pemerintah akan terus mengupayakan pembukaan pasar-pasar baru nontradisional. Kesepakatan dagang pun akan diupayakan, baik melalui persetujuan perdagangan bebas FTA (preferential trade agreement) maupun persetujuan kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) sebagai jalan tol bagi ekspor Indonesia ke mitra dagang.
Ekspor ketiga terbesar
Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan, menyebut bahwa Indonesia semakin mengukuhkan posisi di sektor produksi baja global. Hal ini akan terus dioptimalkan pemerintah dengan menerapkan hilirisasi yang menciptakan nilai tambah dan mampu bersaing di pasar dunia.
Dari sisi ekspor, industri baja sendiri kini berada di urutan ketiga–setelah batu bara dan minyak sawit–yang berkontribusi besar pada penerimaan pendapatan negara. “Surplus kita kemarin (2022) tertinggi selama sejarah total ekspor di Indonesia, yang mencapai hampir Rp900 triliun atau sekitar US$54 miliar,” ujar Mendag yang turut melepas ekspor HRC Krakatau Steel ke Italia.