Nielsen: Media Digital Dorong Ekspansi Pengukuran Pemirsa TV Indonesia
TV dan pengiklan bisa dapat data nasional yang lebih akurat.
Jakarta, FORTUNE – Lembaga Survei Nielsen Indonesia menyampaikan bahwa akselerasi media digital berrupa media sosial dan penggunaan internet menjadi salah satu pendorong perluasan pengukuran jumlah kepemirsaan televisi di Indonesia.
Hellen Katherina, Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia, mengatakan saat ini media digital menjadi pesaing terbesar media konvensional, seperti televisi. “Kalau dulu, jangkauan televisi yang paling tinggi dibandingkan media lainnya. Tapi sekarang internet sudah jadi media kedua tertinggi dari segi jangkauan, sehingga stasiun TV akan berebut budget iklan dengan sosial media,” ujarnya dalam Nielsen Pers Club, di Jakarta, Kamis (21/7).
Perkembangan media digital, kata Hellen, membuat pengiklan mempertimbangkan belanja iklan mereka pada media digital, baik untuk media sosial, publisher, maupun influencer. Oleh karena itu, ekspansi pengukuran yang dilakukan Nielsen sangat penting, baik bagi pengiklan maupun stasiun TV, terutama dari sisi optimalisasi strategi cross media.
“Kalau dari kacamata pengiklan, penting banget ini, kan budgetnya sudah dibagi, sebagian untuk TV, sebagian untuk media digital. Jadi, pengiklan harus tahu yang di TV atau media digital ini menjangkau audiens berapa. Kalau dari stasiun TV juga perlu tahu, untuk apa taruh konten di YouTube, atau di berbagai OTT (Over the Top), bahkan punya OTT sendiri yang investasinya tidak sedikit. Tentu mereka ingin tahu, dampak bisnisnya seperti apa,” kata Hellen.
Apa itu Cross media?
Hellen menjelaskan bahwa cross media dapat diartikan sebagai penggunaan media digital yang beririsan langsung dengan keberadaan media konvensional seperti televisi.
“Ke depan, tentu semua ingin tahu jumlah yang nonton sebuah program itu berapa, masa sekarang yang nonton cuma dari TV di rumah saja (tentu ada juga di berbagai media digital),” katanya.
Hal ini pun menjadi dasar pengukuran yang dilakukan harus mencerminkan angka nasional. “Karena semua angka yang datang dari digital pun otomatis nasional. Saya nggak bisa mendiskon angka views ke 11 kota (saja). Angka seperti views YouTube, itu pasti base-nya nasional. Makanya angka TV-nya juga harus nasional dulu, supaya perbandingannya bisa sama,” tuturnya.
Pentingnya ekspansi pengukuran
Hellen mengatakan, ekspansi pengukuran ini sangat penting sebagai dasar perusahaan, baik media maupun para pengiklan, dalam mengoptimalkan berbagai strategi promosi dan pembuatan konten mereka.
“Dengan ekspansi ini, maka data yang kami hadirkan akan benar-benar mewakili Indonesia, karena saat ini sudah ada panelnya,” ucapnya.
Menurut Hellen, ekspansi akan memungkinkan media dan pengiklan mendapatkan informasi audiens yang lebih akurat untuk memahami kebiasaan penonton TV di area yang berbeda.
Kemudian, data yang disajikan juga dapat menyelaraskan peta kompetisi TV dengan kepentingan brand, terkait penjualan dan pemasaran, termasuk untuk mendapatkan pembanding yang sesuai antara investasi linear dan digital (cross media).
Ekspansi Nielsen pada pengukuran kepemirsaan TV
Nielsen menyelesaikan fase pertama dari peningkatan cakupan pengukuran TV linear di Indonesia. Nielsen menambahkan jumlah pemirsa yang diukur dari 58.9 juta penonton menjadi 96 juta penonton di perkotaan dengan fokus pada perluasan di pulau Jawa.
Sedangkan fase kedua akan selesai pada kuartal pertama 2023 dengan menambahkan perluasan di luar pulau Jawa. Dengan peningkatan ini, standar Nielsen dalam mengukur penonton televisi dapat lebih bervariasi dan mampu merepresentasikan 135 juta penonton TV di Indonesia.
Meningkatnya fragmentasi media dan banyaknya pilihan konten untuk ditonton, menjadikan pengukuran kepemirsaan TV diperluas hingga menjangkau kota sekunder akan membantu pasar memahami perilaku menonton di luar 11 kota besar. Hal tersebut dapat memberikan pemahaman lebih akurat terhadap lanskap kompetisi untuk mendapatkan atensi penonton.
“Peningkatan pengukuran ini mampu menangkap lebih banyak penonton secara luas untuk merepresentasikan kepemirsaan di Indonesia yang dapat membantu industri TV untuk membuktikan kekuatan mereka dalam menjangkau audiens yang beragam,” kata Hellen. “Nielsen memainkan peranan penting dalam memberikan metrik independen yang dapat diandalkan oleh industri TV dan pengiklan.”
Wilayah penambahan populasi pengukuran kepemirsaan TV akan mencakup beberapa kota di Jawa seperti Jabodetabek, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Sleman, Bantul, Gerbangkertosusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan); dan beberapa daerah di luar pulau Jawa, seperti Medan, Palembang, Banjarmasin, Makasar, dan Denpasar.