Pandemi Belum Reda, Sektor Pelayaran Optimistis Kinerja 2022 Membaik
Ekspor Indonesia meningkat, meskipun pelayaran terhambat.
Jakarta, FORTUNE – Pandemi Covid-19 dan keterpurukkan ekonomi sejumlah negara dunia memberikan tekanan berat bagi industri pelayaran tahun ini. Namun demikian, pelaku industri pelayaran cukup optimistis kinerjanya akan membaik tahun depan seiring pemulihan ekonomi dan situasi dunia usaha yang mulai berangsur normal.
Selama pandemi, sektor pelayaran nasional mengalami tantangan yang cukup berat. Kelangkaan peti kemas hingga penurunan arus barang karena terhentinya produksi manufaktur, membuat kinerja sektor ini ikut tertekan. Di sisi lain, ekspor Indonesia justru menunjukkan peningkatan ikut mendongkrak sektor perlayaran.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia pada Januari–November 2021 mencapai US$209,16 miliar. Angka ini merupakan pencapaian tertinggi dalam sejarah Indonesia.
Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners Association (INSA), Carmelita Hartoto mengatakan, capaian tersebut menunjukkan daya saing produk Indonesia masih lebih baik dari sejumlah negara lain. Kabar baik ini menurut Carmelita, menjadi sebuah motivasi yang meningkatkan sikap optimistis dalam menyongsong tahun 2022.
“Kita sudah mulai bisa beradaptasi dengan situasi pandemi ini, kemudian kegiatan produksi mulai menuju normal, sehingga kebutuhan akan angkutan kapal akan naik. Ekonomi juga kembali pulih perlahan di tahun ini dan diprediksi tahun depan juga akan tetap menuju tren positif yang secara tidak langsung akan berdampak pada kinerja sektor pelayaran,” ujar Carmelita kepada Fortune Indonesia, Selasa (28/12).
Waspadai varian Omicron
Namun, Carmelita juga tidak memungkiri pandemi Covid-19 masih belum berakhir, apalagi varian terbaru Covid-19 Omicron masih membayangi berbagai prediksi ekonomi di tahun 2022. “Kita masih dibayangi ketidakpastian, karena memang kita tidak tahu kapan pandemi ini berakhir,” ujarnya.
Carmelita menegaskan bahwa semua masyarakat, termasuk dunia usaha masih harus mewaspadai dan perlu kembali melihat bagaimana perkembangan dan penanganan Covid-19. Pemerintah, menurutnya, hingga saat ini pemerintah cukup berhasil menekan penularan virus secara signifikan.
“Saat ini kita beryukur, penularan pandemi di Indonesia mengalami tren penurunan, tapi harus tetap waspada karena Varian Omicron sudah masuk ke Indonesia,” kata Carmelita.
Kelangkaan peti kemas yang memprihatinkan
Terkait masalah kelangkaan peti kemas, Carmelita mengaku prihatin. Ia menilainya sebagai efek bola salju dari pandemi. Banyak negara memutuskan untuk lockdown, sehingga pelabuhan di seluruh dunia banyak yang mengalami kongesti (penimbunan).
Kelangkaan peti kemas ini sangat mungkin teratasi seiring perbaikan penanganan pandemi di tahun 2022. “Namun, tentu ini masih butuh waktu untuk benar-benar ketersediaan kontainer dalam kondisi normal seperti sebelum pandemi. Karena, kondisi ini hanya sementara, dan menghitung jumlah kapal yang bertambah saat ini masih cukup,” ucapnya kepada Fortune Indonesia.
Rencana dan harapan di tahun 2022
Memasuki 2022, INSA akan terus berkoordinasi dengan pemerintah, termasuk dengan Main Line Operator (MLO), untuk mendapat solusi terbaik bagi para eksportir nasional. Armada pelayaran nasional anggota INSA hingga kini terus berupaya melakukan repositioning kontainer eks impor milik MLO yang masuk Indonesia dengan mekanisme free to use, untuk mencukupi ketersediaan peti kemas ekspor.
Selain itu, para pelaku usaha pelayaran nasional akan terus memastikan ketersediaan angkutan kapal merah putih jenis tongkang dan tunda, serta curah atau bulk. Ini bertujuan agar Indonesia tak lagi membutuhkan kapal berbendera asing untuk mengangkut batu bara.
“Kita perlu menjamin bahwa iklim dunia usaha pelayaran nasional tetap terjaga, salah satunya dengan konsisten menerapkan peraturan perundangan yang ada saat ini,” kata Carmelita.
Dengan begitu, dia berharap dalam memasuki new normal, pelaku usaha tetap harus menjaga ketat protokol kesehatan dan menggencarkan vaksinasi untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus Covid-19 yang merugikan sektor usaha.