SCG Indonesia Raup Pendapatan US$835 Juta
Total aset SCG di Indonesia mencapai US$3,3 miliar.
Jakarta, FORTUNE – Siam Cement Group (SCG) Indonesia, mencatatan Pendapatan penjualan untuk sembilan bulan pertama 2024 sebesar US$835 juta atau sekitar Rp13,13 triliun (kurs Rp15.723,13/US$). Angka ini meningkat 13 persen secara tahunan (YoY).
Dalam laporannya, SCG mengungkapkan bahwa pertumbuhan pendapatan didukung oleh ekspor oleh SCG Chemicals (SCGC).
SCG juga memperkuat posisi di regional khususnya Indonesia, melalui peningkatan kepemilikan SCGP (SCG Packaging) di PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FajarPaper)–salah satu produsen kertas kemasan terbesar di Indonesia–menjadi 99,72 persen.
“Total aset Indonesia mencapai US$3,3 miliar (Rp51,88 triliun) atau 12 persen dari aset konsolidasi SCG di semua negara,” tulis laporan yang disampaikan oleh Presiden dan CEO SCG, Thammasak Sethaudom, Kamis (7/11).
Indonesia dinilai sebagai pasar potensial di regional, dengan pertumbuhan konsumsi domestik dan investasi asing yang stabil.
Hingga kini, SCG memiliki total 37 perusahaan di seluruh Indonesia dengan lebih dari 7.000 karyawan. Adapun, cakupan investasi bisnis SCG di Indonesia–sejak beroperasi pada 1992–di antaranya mencakup industri semen, bahan bangunan, bahan kimia, dan kemasan.
Khusus semen dan bahan bangunan, percepatan pembangunan nfrastruktur oleh pemerintah berkontribusi terhqdap bisnis.
Ekspansi Mitra10 di Indonesia juga terus berlanjut dengan pembukaan dua cabang baru di Jababeka dan Samarinda, dan rencana pembukaan empat cabang tambahan pada 2024 menuju target 100 cabang di tahun 2030.
SCG juga berkomitmen menjadi solusi pembangunan hijau di Indonesia dengan menyediakan berbagai material bangunan ramah lingkungan bersertifikasi, termasuk Reinforced Concrete Jacking Pipe atau Beton Pracetak & Pratekan produksi PT SCG Pipe and Precast Indonesia
Kinerja perusahaan
Hingga September 2024, perusahaan mencatat total pendapatan sebesar US$10,65 miliar (Rp167,48 triliun), didorong oleh volume penjualan dari SCGC dan SCGP.
Adapun, laba bersih sembilan bulan pertama 2024 tercatat sebesar US$192 juta (Rp3,08 triliun), atau turun 75 persen, disebabkan oleh biaya operasional untuk proyek Long Son Petrochemicals (LSP), penurunan harga produk kimia, dan berkurangnya keuntungan dari afiliasi.
SCG mengungkapkan bahwa akan berfokus pada efisiensi biaya dan investasi hijau berkelanjutan.
Beberapa target strategis yang dilakukan di antaranya berupa pengurangan biaya operasional sebesar US$144 juta hingga 2025; penurunan modal kerja sebesar US$287 juta pada kuart I 2025; penghentian operasional bisnis yang tidak menguntungkan; dan divestasi aset.
“Perusahaan juga meningkatkan efisiensi produksi dan mempercepat penggunaan bahan bakar alternatif, dengan target mencapai 50 persen pada pabrik semen di Thailand,” tulis laporan tersebut.