Startup Ungkap Model Crowdsourcing Jadi Peluang Bisnis Menjanjikan
Menguntungkan dari sisi efisiensi waktu dan biaya.
Jakarta, FORTUNE – Model Crowdsourcing disebut bisa menjadi Peluang Bisnis menjanjikan bagi sejumlah sektor usaha, dengan keuntungan dan efisiensi yang berkelanjutan di era serba teknologi saat ini.
CEO SweetEscape, David Soong, mengatakan bahwa crowdsourcing tidak hanya menguntungkan perusahaan dengan efisiensi waktu dan biaya operasional, tetapi juga memberikan keuntungan bagi mitra yang bekerja sama. “Mereka adalah tenaga kerja dengan modal yang tidak besar dan mendapat kompensasi yang adil sesuai hasil kerja mereka,” ujarnya dalam acara Power Lunch, Kamis (6/6).
Sebagai informasi, SweetEscape adalah platform layanan jasa fotografi yang mempertemukan konsumen yang butuh jasa fotografi dengan para fotografer lokal, yang tersebar di lebih dari 500 kota di lima benua. Startuop ini kini sudah bekerja sama dengan lebih dari 1.000 partner fotografer.
“Untuk pemotretan di luar negeri, fotografer kami sering kali juga berperan sebagai pemandu lokal dengan memberikan informasi tentang tempat-tempat menarik untuk dikunjungi, tempat makan, dan aktivitas yang bisa dilakukan,” kata David seraya menjelaskan bahwa perusahaan yang didirikannya juga menerima pesanan jasa foto pernikahan, kelahiran bayi, sampai company profile.
Sementara itu, CEO Garasi.id–Startup yang menghubungkan jasa otomotif dengan penggunanya– Ardyanto Alam, menyebut model crowdsourcing sangat cocok untuk perusahaan dengan keahlian khusus. “Dengan membangun jaringan mitra yang luas, menerapkan standar yang jelas, memanfaatkan teknologi, dan berfokus pada kualitas serta kepuasan pelanggan, perusahaan dapat mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan sukses,” ujarnya.
Menurut Investopedia, crowdsourcing adalah metode yang digunakan untuk menampung banyak orang yang ingin melakukan sesuatu atau mencapai suatu tujuan. Dalam konteks bisnis, metode ini melibatkan banyak individu yang membagikan informasi, melakukan pekerjaan yang diminta, dan berdiskusi di forum yang disediakan, baik melalui website, media sosial, ataupun aplikasi.
Tantangan
Ardyanto menuturkan, salah satu tantangan terbesar dari bisnis model crowdsourcing adalah ketidakpuasan pelanggan atas jasa layanan bengkel yang tidak sesuai ekspektasi.
Untuk itu, Garasi.id menerapkan standar operasional yang jelas dan bisa diadopsi dengan standar operasional yang telah ada di bengkel tersebut. "Agar standar operasional kami bisa diterima dengan baik, kami memilih mitra bengkel yang memang kualitasnya tidak diragukan, seperti salah satunya selalu menggunakan komponen asli,” katanya.
Sedangkan, pada bisnis startup desain interior, Co-founder & CEO Dekoruma, Dimas Harry Priawan mengatakan tantangan crowdsourcing yang dihadapi berkaitan dengan hak cipta desain yang dibuat oleh para mitra arsitek mereka. “Kami selalu mencantumkan nama desainer interior kami di setiap karyanya, karena hak cipta adalah milik mereka,” ujar Dimas.
Saat ini, Dekoruma memiliki teknologi bernama ‘Thudio by Dekoruma’, di mana para desainer bisa langsung mengetahui estimasi biaya dari desain yang mereka kerjakan, sehingga para desainer bisa menyesuaikan dengan anggaran yang dimiliki oleh konsumen.
Keberlanjutan bisnis
Untuk menjamin keberlanjutan bisnisnya, kata Dimas, Dekoruma membuka 29 toko offline di berbagai lokasi, mereka dapat secara langsung mempelajari perilaku pembeli di setiap kota dan menyesuaikan strategi pemasaran mereka sesuai dengan kebutuhan pasar lokal.
Sementara, SweetEscape mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel dengan membuka terlebih dahulu di beberapa kota sebelum melanjutkan ke lokasi lain. Komunikasi pun menjadi fokus utama dalam menghadirkan pelayanan terbaik. "Selain menghasilkan foto yang bagus, partner fotografer kami harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, baik dengan anak-anak maupun klien dalam kelompok besar,” ujar David.
Model crowdsourcing tidaklah semudah yang terlihat, sehingga perusahaan perlu melakukan pendekatan yang hati-hati dan strategis dalam mengembangkan jaringan mitra. Melalui langkah kecil, melakukan riset mendalam dan memahami perilaku konsumen adalah kunci untuk memastikan kesuksesan dalam mengimplementasikan model ini.