Modalku: Tantangan Terbesar Saat Ini Adalah Mencapai Profitabilitas
2022 menurutnya merupakan tahun sulit.
Jakarta, FORTUNE - Banyak sudah perusahaan yang bertujuan untuk memiliki dampak positif bagi masyarakat atau lingkungan. Namun, dalam perjalanannya, bukan hal mudah untuk menggapai hal-hal tersebut. Apalagi perusahaan harus dapat mencetak laba demi terus melanjutkan bisnisnya.
Untuk hal yang disebut terakhir itu, co-founder sekaligus CEO Modalku, Reynold Wijaya, mengamininya. Apalagi selama periode pandemi dan masa setahun belakangan ketika perlambatan ekonomi global mulai menyulitkan gerak sektor teknologi. Modalku sebagai perusahaan pendanaan digital berbasis teknologi finansial sepertinya juga merasakan efek tersebut.
"Tantangan terbesar dari sisi portofolio pada 2022 susahnya minta ampun," katanya saat berbicara dalam forum ekonomi dan bisnis, Fortune Indonesia Summit, di Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta Selatan (15/3). "[Apalagi] ada kenaikan kredit bermasalah. Karena siapa pun yang bilang 2022 kredit tidak baik, bohong. Karena saat itu lumayan sulit."
Grup Modalku sejauh ini telah menyalurkan pendanaan lebih dari Rp41 triliun kepada lebih dari 5,1 juta total transaksi UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Pada 2023, perusahaan menyatakan akan lebih berfokus untuk menjawab dan mengatasi tantangan UMKM, seperti akses pendanaan dan fasilitas transaksi. Dalam ukuran TKB90, atau tingkat keberhasilan P2P lending untuk memberikan fasilitas pinjaman dengan jangka waktu hingga 90 hari sejak tanggal jatuh tempo, Modalku hampir menyentuh 90 persen.
"Harus kami akui [kami] ada keberanian, tapi juga hoki. Karena [kami] itu pada 2022 selesai fund raising. Dalam 2 tahun [2020-2022] pelan-pelan fund raising dapat US$145 juta dari SoftBank. Awal 2022 [kami] tiba-tiba diguyur hampir Rp3 triliun. Dua mingguan setelahnya perang. Jadi, kami salah satu perusahaan yang hoki dapat sebelum boom. Yang kami lakukan adalah kami invest sebagai minority holder supaya ada rumah. [Kami] juga akuisisi multifinance, akuisisi perusahaan Singapura untuk b-to-b. Dan sekali lagi, apa yang [kami] lakukan harus selalu very agile. Sekarang saya bilang optimistis. Kuartal I dan II pesimistis," ujarnya.