Siapa yang tidak kenal dengan Mixue, brand Es Krim terkenal asal China. Cabangnya sudah ada di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Lewat program franchise, Mixue berkembang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, gerainya mudah dijumpai di Indonesia.
Meskipun sempat viral, penjualannya tidak seramai waktu dibuka pertama di Indonesia. Beberapa outlet terlihat sepi pengunjung dan berdampak pada omzet yang diterimanya.
Sebenarnya kenapa Mixue sepi pembeli akhir-akhir ini di beberapa outlet? Simak beberapa faktor penyebabnya yang dirangkum dari video akun YouTube Leon Hartono.
1. Pemilihan lokasi yang tidak sesuai target pasar
Berkurangnya animo masyarakat pada merek es krim ini mendatangkan banyak pertanyaan mengenai kenapa Mixue sepi pembeli. Beberapa ahli di industri franchise menilai ada beberapa faktor penyebab menurunnya penjualan.
Salah satunya adalah Marion Liman yang sudah lama menekuni bisnis waralaba di industri FnB. Dalam diskusi bersama Leon Hartono, ia membagikan beberapa alasan cabang Mixue bisa sepi pengunjung.
Menurutnya, pemilihan lokasi sangat berpengaruh pada kesuksesan cabang Mixue. Dari perusahaan induk, Mixue telah memiliki aturan jarak antar cabang yang harus dipatuhi oleh pemilik waralaba.
Namun, pemilik waralaba harus melakukan riset lokasi yang ingin dibangun gerai sesuai dengan target pasar Mixue. Karena target pasarnya kalangan middle to low, pastikan lokasinya sesuai.
Gerai Mixue yang berlokasi di segmen pasar middle to high, omzetnya kalah jauh daripada gerai yang dibuka di sekitar komplek atau pasar.
2. Sangat kompetitif antar outlet
Masih berkaitan dengan lokasi gerai Mixue, penurunan omzet yang dialami pemilik waralaba juga dipengaruhi tingkat persaingan antar cabang yang ketat.
Kepopuleran Mixue menjadikan cabangnya mudah untuk ditemui. Bahkan, lokasi antar cabang tidak begitu jauh.
Hal tersebut menjadikan tingkat kompetisi antar cabang tinggi. Sebagai pemilik sejumlah waralaba FnB, Marion juga memiliki franchise Mixue.
Berdasarkan pengalaman pribadinya, tingkat kepuasan pelanggan sangat berpengaruh pada kesuksesan sebuah gerai Mixue. Hal tersebut terlihat dari ulasan di Google yang selalu diperhatikan secara berkala.
Waktu operasional menjadi contoh pelayanan yang berdampak pada minat konsumen untuk membeli.
Dibandingkan dengan gerai yang buka tepat waktu, cabang Mixue yang sering buka lewat waktu operasional memiliki tingkat penjualan rendah.
Pasalnya, konsumen mudah untuk beralih ke cabang Mixue lainnya yang tidak jauh dari lokasi dan memiliki pelayanan lebih baik.
3. Kompetisi dengan kompetitor
Tingginya minat masyarakat pada produk es krim murah meriah menjadikan banyak merek es krim yang menawarkan produknya. Fenomena tersebut wajar terjadi terjadi di dunia bisnis.
Namun, menjamurnya merek es krim di tengah masyarakat menjadi tantangan bagi pemilik waralaba Mixue.
Salah satu alasan kenapa Mixue sepi pembeli lainnya adalah kompetisi dengan kompetitor. Tidak hanya cabang Mixue, pemilik waralaba juga harus bersaing dengan kompetitor yang menjual produk serupa.
Lokasi yang strategis tentunya dilirik oleh kompetitor. Akibatnya jumlah omset yang didapatkan bisa terbagi atau tidak maksimal.
Tingkat penjualan bisa menurun signifikan apabila kompetitor memiliki strategi pemasaran lebih baik. Hal inilah yang juga harus diperhatikan oleh pemilik waralaba ketika ingin membangun gerai.
4. Tren makanan yang dinamis
Bisnis makanan dan minuman dikenal sebagai usaha yang menjanjikan karena termasuk kebutuhan manusia. Namun, terdapat tantangan yang sering dihadapi pemilik usaha.
Tren makanan bersifat dinamis atau cepat berubah. Di awal pembukaan, sejumlah gerai Mixue dipadati pengunjung karena viral pada masanya.
Seiring dengan kepopulerannya, omzet yang bisa didapatkan pemilik waralaba Mixue sangat menguntungkan. Namun, tren es krim dan minuman tidak seramai dulu saat viral.
Penurunan penjualan dan omzet tidak dapat dipungkiri. Dibandingkan dengan awal pembukaannya, omzetnya menurun.
Meskipun begitu, Mario menilai Mixue masih dapat bertahan di tengah ketatnya persaingan. Dengan catatan perusahaan masih tetap berinovasi dan melakukan branding secara berkala, bisnis bisa tetap hidup.
5. Kurang pemasaran di lingkungan sekitar
Kurangnya pemasaran di lingkungan sekitar juga menjadi alasan kenapa Mixue sepi pembeli yang tidak disadari pemilik waralaba.
Meskipun Mixue memiliki branding kuat, pemilik franchise juga ada baiknya untuk terlibat dalam pemasaran produk di lingkungan sekitar.
Ketika penjualan sedang menurun, Marion mengaku memakai teknik promosi dengan membagikan voucher ke masyarakat sekitar. Tujuannya untuk meningkatkan penjualan dan mendorong pembeli datang kembali.
Dengan kata lain, owner juga harus terlibat aktif dalam promosi produk dalam merencanakan strategi yang bisa meningkatkan penjualan.
6. Manajemen outlet kurang terurus
Kesuksesan cabang Mixue berada di tangan owner yang tercatat sebagai pemilik atas gerainya. Menurunkan tingkat penjualan bisa terjadi karena manajemen outlet yang kurang terurus oleh pemiliknya.
Terlepas dari lokasinya, Marion mengatakan bahwa cabang Mixue bisa merugi karena pemiliknya tidak mengurus bisnisnya. Akibatnya rating cabang Mixue tersebut rendah.
“Tempatnya strategis, tapi review-nya jelek. Omzetnya juga kecil karena nggak diurus,” ungkap Marlion kepada Leon dalam video di YouTube, dikutip Minggu (9/2).
Dalam hal ini, ia menyoroti waktu operasional pada beberapa cabang Mixue yang tidak tepat waktu. Cabang Mixue yang buka terlambat mengakibatkan konsumen beralih ke cabang lainnya.
Demikian beberapa alasan di balik kenapa Mixue sepi pembeli dibandingkan dengan awal peluncurannya di Indonesia. Kondisi Mixue menggambarkan dinamika pasar yang kompleks untuk model bisnis franchise.
Mulai dari kompetisi pasar yang ketat hingga sifat tren yang cepat berubah menjadi faktor berpengaruh pada keberlangsungan sebuah usaha.