Artotel Group Akan Buka 13 Properti di 2025
Integrasi menjadi kunci pendorong bisnis Artotel Group.
Jakarta, FORTUNE - CEO dan Pendiri Artotel Group, Erastus Radjimin, menargetkan akan membuka 13 properti baru di 2025. Meskipun demikian, ia tak mengungkap lokasi properti baru tersebut.
"Kebanyakan size-nya besar-besa, ada 200 kamar hingga 300 kamar. Ini perkembangan baik karena secara bisnis kita juga sudah mulai dikenal dan kita mulai level-up," ujar pria yang akrab disapa Eri ini di Artotel Group Leaders Summit, Kamis (5/12).
Ia menambahkan, langkah ekspansi tersebut didorong optimisme kian berkembangnya industri pariwisata dan perhotelan. Menurutnya, minat terhadap perjalanan wisata juga akan meningkat seiring musim liburan dan kebijakan penurunan harga tiket pesawat.
"Tahun 2025 kami optimistis karena sekarang high season-nya ada di kuartal satu. Bertepatan dengan liburan sekolah dan lebaran, itu semua di Februari sampai Maret. Juga tak ada pemilihan umum, maka waktunya untuk ngegas," katanya.
Strategi mendorong kinerja Artotel Group
Eri mengungkapkan, integrasi menjadi kunci pendorong bisnis Artotel Group. Ada tiga hal yang dintegrasikan, yakni System Integration, Loyalty Program, dan Centralized Distibution. Strategi ini menurutnya membawa kemajuan signifikan.
"Pada 2024 ada 600 ribu member, meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu. Ada 70 properti on boearded dan book direct rate di 15-20 persen. Kini ada lebih dari 100 hotel dioperasikan dan project signing 14 hotel," ujarnya.
Menyoal kinerja, tanpa memerinci detail Eri menjelaskan dibanding tahun lalu Revenue meningkat 11,15 persen, Rasio Laba Kotor meningkat 10,69 persen, Accounting Rate of Return meningkat 10,45 persen, RevPAR meningkat 10,45 persen, dan %OCC meningkat 2,56 persen.
Ia juga percaya kinerja positif dan meningkatnya brand awareness turut didorong oleh budaya perusahaan dan karyawan. Berdasarkan Brand Research Update Populix Artotel Group menempati posisi kedelapan dalam pemeringkatan brand awareness yang didominasi grup hotel internasional yang lebih dahulu beroperasi di Indonesia
"People culture first dan sinergi menjadi kunci. Berselisih paham biasa, tapi tetap fokus pada institusi. Tahun depan kita targetkan masuk limaa besar," ujarnya.