Bayer Pasang PLTS Atap Terbesar di Industri Farmasi Multinasional
Target pengurangan emisi karbon 2.073 metrik ton per tahun.
Jakarta, FORTUNE - Perusahaan farmasi asal Jerman, Bayer, meresmikan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terbesar di sektor farmasi multinasional Indonesia sebagai bentuk dukungannya terhadap target iklim nasional. PLTS ini diresmikan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia H.E. Denis Chaibi serta perwakilan pemangku kepentingan Tanah Air.
PLTS Atap yang berlokasi di fasilitas manufaktur Bayer di Cimanggis, Depok, menjadi yang terbesar di Indonesia dengan kapasitas 2.054 kWp dan mencakup atap seluas 1,66 hektare. Instalasi ini memungkinkan Bayer mengurangi emisi karbon hingga 2.073 ton metrik per tahun, setara dengan penanaman 95.000 pohon atau menghilangkan 450 mobil dari jalan raya setiap tahunnya.
Florian Zirnstein, Direktur Bayer Indonesia, berharap hadirnya PLTS ini mampu membantu mengurangi emisi karbon serta mendukung pencapaian target Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia, yaitu penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89 persen pada tahun 2030.
"Instalasi PLTS ini adalah langkah konkret dalam perjalanan Bayer menuju transisi 100 persen ke energi terbarukan pada 2030, sejalan dengan target global Bayer untuk netral karbon," ujar Florian dalam temu media, Kamis (14/11).
Pemasangan PLTS atap ini juga menjadi komitmen Bayer terhadap pengurangan karbon serta mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya Tujuan ke-13 untuk melawan perubahan iklim, selaras dengan misi perusahaan, "Health for All, Hunger for None." Bayer menargetkan pengurangan emisi CO2 sebesar 42 persen pada 2029 dan menuju netralitas karbon pada 2030, hingga emisi nol bersih pada 2050.
Potensi penghematan biaya hingga Rp400 juta per tahun
Priscilla Silvan Prarizta, Head of Bayer Product Supply Consumer Health Asia & ANZ, mengklaim PLTS ini mampu menghasilkan daya listrik 43 persen dari kapasitas terpasang di pabrik Cimanggis melalui 3.770 modul fotovoltaik.
"Kami berharap inisiatif ini dapat menjadi bukti bahwa energi terbarukan mampu mendukung operasi manufaktur besar sekaligus mengurangi jejak karbon," ujarnya.
Ia juga menjelaskan, untuk sektor consumer health di Asia Pasifik, Bayer memiliki tiga pabrik yakni satu di Indonesia dan dua pabrik di Cina. Untuk Indonesia sendiri, pabrik Bayer di Cimanggis menjadi strategic site, sebab secara ukuran lebih masif dari produsen lain. Sebanyak 76 persen produksi diperuntukkan untuk ekspor ke 22 negara dan sisanya untuk pasar lokal.
Selain itu, pemasangan PLTS atap di pabrik Bayer ini bisa menghemat biaya operasional perusahaan. "Kami bisa berhemat dengan mengambil listrik dari solar panel ini sekitar Rp400 juta per tahun. Tentu saja ini membawa dampak positif untuk efisiensi produksi. Dengan demikian, harga produk nantinya akan menjadi lebih kompetitif," katanya.
Priscilla juga mengungkapkan untuk pemasangan PLTS atap ini Bayer tidak melakukan investasi secara langsung. "Kita menggunakan proses Power Purchase Agreement atau PPA dengan pihak ketiga yang melakukan kalkulasi pembiayaan, konstruksi, hingga operasionalnya," kata Priscilla.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, EdyJunaedi, menyambut baik pemasangan PLTS atap ini dan ke depannya Bayer bisa meningkatkan investasi di Indonesia.
"Sampai triwulan ketiga 2024 dari rencana investasi sebesar Rp550 miliar sudah terealisasi sekitar Rp211 miliar, angka ini relatif masih kecil dibandingkan kontribusi sektor industri kimia dan famasi di Indonesia. Ke depannya diharapkan dapat meningkat," ujar Edy.