Tren Perekrutan 2025, Kandidat yang Dilirik HRD Perusahaan Global
Fokusnya hanya satu, mencari talenta terbaik.
Jakarta, FORTUNE - Lanskap Rekrutmen terus berevolusi seiring perkembangan teknologi, dinamika pasar kerja, dan ekspektasi karyawan. Pada 2025, strategi perekrutan diprediksi akan menghadapi perubahan signifikan yang dipicu oleh kemajuan kecerdasan buatan (AI), pendekatan berbasis keterampilan, dan kebutuhan akan fleksibilitas yang lebih besar.
Para pemimpin sumber daya manusia (SDM) dari berbagai perusahaan terkemuka, seperti PwC, Hilton, dan Ally Financial, telah berbagi wawasan tentang bagaimana teknologi dan budaya kerja akan membentuk kembali cara perusahaan menemukan, menarik, dan mempertahankan talenta terbaik.
Rekrutmen bukan lagi sekadar mencocokkan kandidat dengan posisi kerja, melainkan menyoroti potensi, kompetensi, dan nilai-nilai yang sesuai dengan tujuan organisasi. Dengan AI mengotomatiskan proses rutin, perusahaan akan semakin fokus pada pengalaman kandidat dan membangun tim yang siap menghadapi tantangan masa depan.
Di sisi lain, masuknya generasi baru ke pasar kerja akan memaksa pemberi kerja untuk beradaptasi dengan cara baru dalam menarik perhatian talenta muda yang dinamis dan cakap teknologi.
Tahun 2025 menjadi momen penting bagi para pelaku HR untuk merevolusi cara mereka mendekati rekrutmen, menciptakan ekosistem yang inklusif, fleksibel, dan didukung teknologi untuk keberhasilan jangka panjang.
Para pemimpin HR dari Hilton, PwC, Ally Financial, dan perusahaan lainnya memproyeksikan perubahan signifikan dalam strategi rekrutmen pada 2025. Berikut ini pembahasannya dirangkum dari Fortune.com.
Lanskap rekrutmen 2025: AI, keterampilan, dan fleksibilitas
Yolanda Seals-Coffield, Chief People Officer di PwC, menyatakan, "Strategi rekrutmen akan semakin fokus pada pendekatan berbasis keterampilan. Persyaratan pekerjaan dan keputusan perekrutan akan didasarkan pada keterampilan kandidat."
Jennie Rogerson, Global Head of People di Canva, menambahkan, "AI akan menangani lebih banyak tugas rutin, sehingga perusahaan akan fokus pada keterampilan seperti kreativitas dan wawasan strategis."
Sementara itu, Laura Coccaro, Chief People Officer di iCIMS, menyoroti fleksibilitas: "Perusahaan kecil bisa menonjol dengan fleksibilitas, tetapi kandidat juga menilai stabilitas dan budaya perusahaan."
Menurut Rebecca Perrault, Global VP di Magnit, "Rekrutmen pada 2025 bukan soal menemukan CV terbaik, melainkan menemukan kemungkinan terbaik." Masuknya Generasi Z juga akan mendorong strategi yang memprioritaskan kecakapan digital dan fleksibilitas.
Victoria Myers, Global Head of Talent Attraction di Amdocs, menekankan penggunaan teknologi pencocokan berbasis AI: "Pendekatan berbasis keterampilan akan menciptakan peluang bagi kandidat dari latar belakang yang beragam."
Di EY, Ginnie Carlier, Chief Talent Officer, menekankan pentingnya mencari potensi. "Organisasi harus keluar dari pola pikir tradisional dan mencari kandidat dengan kemampuan untuk belajar dan beradaptasi," katanya.
Meskipun ada AI, sentuhan manusia tetap utama
Laura Fuentes, Chief HR Officer di Hilton, menyebut pentingnya sentuhan manusia: "Pengalaman kandidat tetap menjadi aspek terpenting, meskipun teknologi meningkatkan efisiensi."
Di Hyatt, Malaika Myers, Chief HR Officer, berbagi, "Kami mengadopsi alat berbasis AI untuk meningkatkan pengalaman kandidat dan mendukung keragaman tenaga kerja."
Kathie Patterson, Chief HR Officer di Ally Financial, menyoroti kesejahteraan: "Keaslian dan kepercayaan menjadi dasar dalam mendorong tenaga kerja yang terlibat."
Pada 2025, teknologi, keterampilan, dan kesejahteraan akan menjadi pilar utama dalam rekrutmen, menciptakan peluang baru bagi kandidat dan pemberi kerja.