VW Bersiap Menutup Tiga Pabrik di Jerman
VW kalah saing dari Cina dan menurunnya permintaan di Eropa.
Jakarta, FORTUNE - Sejumlah persoalan kini dihadapi raksasa otomotif asal Jerman, Volkswagen (VW). Perusahaan yang bermarkas di Wolfsburg itu tengah menghadapi persaingan yang meningkat dari Cina dan melemahnya permintaan.
Akibatnya Volkswagen berencana menutup pabrik di negaranya untuk pertama kalinya dalam sejarah 87 tahun perusahaan tersebut. Keputusan itu berpotensi menyebabkan puluhan ribu PHK, menurut perwakilan pekerja yang terpilih pada hari Senin (28/10). Demikian dilaporkan The Strait Times.
Produsen mobil terbesar di Eropa dan penyerap kerja terbesar di Jerman ini berencana menutup setidaknya tiga dari 10 pabriknya, secara permanen mengurangi staf di lokasi produksinya yang tersisa, serta memangkas gaji sebesar 10 persen, kata Daniela Cavallo, ketua dewan pekerja Volkswagen, kepada para karyawan di Wolfsburg, Jerman, berdasarkan transkrip yang dilihat oleh The Washington Post.
Sejumlah strategi dilakukan untuk menghadapi persaingan dengan Cina dan menurunnya permintaan di pasar mobil Eropa. Manajemen VW dan serikat pekerja juga sedang melakukan negosiasi untuk memangkas biaya dan merombak bisnis. Namun, Cavallo, yang memimpin delegasi perwakilan pekerja terpilih, mengatakan bahwa pernyataannya bukanlah taktik negosiasi.
"Manajemen benar-benar serius tentang ini, ini bukan gertakan dalam putaran perundingan kolektif," katanya.
Dalam pernyataan pada Senin (28/10), manajemen VW tidak membantah kemungkinan penutupan, yang pertama kali dibahas oleh dewan bulan lalu. Perusahaan mengatakan akan mengajukan usulan pemotongan biaya pada hari Rabu, ketika para pekerja bertemu dengan manajemen VW untuk putaran kedua pembicaraan gaji.
“Kami saat ini menghasilkan terlalu sedikit uang dari mobil kami. Pada saat yang sama, biaya energi, bahan, dan tenaga kerja kami terus meningkat. Perhitungan ini tidak dapat bertahan dalam jangka panjang,” kata CEO Volkswagen passenger car, Thomas Schäfer, mengutip The Strait Times.
VW mempekerjakan lebih dari 670.000 orang di seluruh dunia, dengan hampir 300.000 di antaranya bekerja di Jerman. Di pabrik Jerman, kata Schäfer, produksi lebih rendah dan biaya pabrik lebih tinggi dari yang diperkirakan, sehingga pabrik-pabrik tertentu di Jerman dua kali lebih mahal dibandingkan dengan pesaing.
Dia menambahkan, VW sedang memproses banyak tugas secara internal yang telah dialihdayakan oleh pesaing dengan biaya lebih efektif. Salah satu strateginya dengan rencana merelokasi departemen-departemen dan bahkan seluruh area ke luar negeri, atau mengalihdayakannya sepenuhnya.
"Inilah rencana dari grup industri terbesar Jerman untuk memulai penjualan aset di negara asalnya, Jerman," katanya.
Belum jelas pabrik mana atau berapa banyak pekerja yang mungkin terkena dampak—meskipun sebuah pabrik di kota Osnabrueck di utara, yang kehilangan kontrak besar dengan Porsche bulan ini, dinilai berisiko tinggi ditutup.
"Tidak ada yang aman," kata Cavallo. Ia menambahkan bahwa dewan VW "bermain dengan risiko besar bahwa kami akan memutuskan pembicaraan dan melakukan apa yang harus dilakukan oleh tenaga kerja ketika mereka khawatir akan keberadaannya."
Kesulitan transisi ke EV dan bersaing di Cina
Dahulu pembuat mobil Jerman diakui secara global atas inovasi dan kualitasnya. Namun, kini prospek penutupan pabrik menunjukkan kesulitan yang mereka hadapi dalam transisi dari bahan bakar fosil ke kendaraan listrik atau EV.
“Industri mobil Jerman saat ini sedang mengalami semacam badai sempurna,” kata Thomas Puls, ekonom senior di Institut Ekonomi Jerman.
“Ketiga pasar utama yang dilayani — Eropa, AS, dan Cina — menghadirkan masalah signifikan,” katanya. “Di Cina, penjualan mobil [Jerman] menurun akibat persaingan yang lebih kuat dan lebih banyak subsidi bagi produsen lokal. Di AS, pernyataan calon presiden tentang tarif tentu tidak menyenangkan bagi ekonomi yang berorientasi ekspor seperti Jerman. Dan di Eropa, kami menghadapi masalah bahwa pasar Eropa sedang lemah.”
Dalam surat kepada karyawan bulan lalu, CEO Volkswagen Group Oliver Blume menulis bahwa pasar otomotif Eropa berada dalam "situasi yang sangat menantang dan serius" dan bahwa Jerman tertinggal dalam hal daya saing.
Manajemen perusahaan mengambil langkah untuk mengakhiri program keamanan kerja yang seharusnya melindungi pekerja dari PHK hingga 2029 dan mengatakan bahwa penutupan pabrik di Jerman tidak bisa dikesampingkan.
Penurunan kinerja, PHK, hingga pemotongan
Situasi yang rumit tersebut juga berdampak pada kinerja perusahaan. VW mengumumkan penurunan laba kuartal ketiga sebesar 42 persen, mencapai titik terendah dalam tiga tahun terakhir.
Akibat dari situasi ini, perusahaan meminta para karyawan untuk setuju dengan pemotongan gaji sebesar 10 persen, yang menjadi satu-satunya langkah yang memungkinkan bagi produsen mobil terbesar di Eropa tersebut untuk melindungi lapangan pekerjaan.
"Ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk melakukan pemangkasan biaya besar-besaran dan meningkatkan efisiensi," kata kepala keuangan Arno Antlitz, mengutip Reuters.
Di Cina, Volkswagen juga telah kehilangan pangsa pasar karena persaingan dari model yang lebih terjangkau milik produsen lokal, dan dampaknya diperparah oleh perlambatan ekonomi Cina yang dipicu oleh krisis properti.
Pengiriman Volkswagen ke pasar Cina, yang merupakan pasar mobil terbesar di dunia, turun 15 persen menjadi 711.500 unit pada kuartal ketiga, yang turut berkontribusi terhadap penurunan angka global, turun menjadi 2,176 juta kendaraan.