Honda Ketar-Ketir Produksi Mobil Listrik Jelang Trump Dilantik
Honda akan alihkan produksi jika AS terapkan tarif permanen.
Jakarta, FORTUNE - Produsen Otomotif, Honda Motor menyatakan bakal berhati-hati memulai produksi kendaraan listrik di tengah ketidakpastian kebijakan industri menjelang dilantiknya Presiden terpilih Donald Trump.
Pernyataan dari produsen mobil Jepang terbesar kedua itu menyoroti bagaimana pelaku bisnis global terus mewaspadai kebijakan AS yang tidak dapat diprediksi saat Trump menjabat pada 20 Januari mendatang.
"Karena inisiatif Trump, kami mungkin sangat berhati-hati tentang bagaimana kami akan memulai produksi" model listrik yang akan datang, kata Wakil Presiden Eksekutif Honda Noriya Kaihara pada konferensi teknologi CES di Las Vegas dikutip dari Reuters, Rabu (8/1).
Honda juga akan berhati-hati terkait rencana produksi pabrik baterainya di Kanada, dengan memperhatikan peraturan pemerintah dan tren pasar kendaraan listrik, kata Kaihara. "Mungkin kami harus menunda dimulainya produksi model EV," katanya
Sebelumnya di CES, produsen mobil itu meluncurkan prototipe Mobil Listrik Honda 0 yang akan datang, termasuk model SUV yang akan diperkenalkan di pasar Amerika Utara pada paruh pertama 2026.
Model Honda 0 akan dilengkapi dengan teknologi mengemudi otonom tingkat "eyes-off" dan nantinya akan tersedia di pasar global termasuk Jepang dan Eropa, kata perusahaan.
Honda menargetkan hanya menjual EV dan kendaraan sel bahan bakar pada 2040, meskipun juga meningkatkan kendaraan hibrida sebagai kunci jangka pendek untuk pasar AS di tengah pertumbuhan EV yang stagnan.
Kebijakan tarif Trump
Kembalinya Trump sebagai Presiden AS, berpotensi mempersulit rencana transisi EV dan bisnis Honda di Amerika, bersama dengan produsen mobil global lainnya seperti General Motors dan Stellantis.
Pada November lalu, Kepala Operasional Honda Shinji Aoyama mengatakan perusahaan mungkin harus mempertimbangkan untuk mengalihkan produksi jika AS memberlakukan Tarif permanen pada kendaraan yang diimpor dari Meksiko seperti yang digembar-gemborkan oleh Trump.
Mengenai rencana merger dengan produsen mobil terbesar ketiga di Jepang, Nissan, Kaihara mengatakan Nissan memiliki "sedikit kelebihan kapasitas di Amerika Utara" dan mungkin akan memangkas sejumlah tenaga kerja di kawasan tersebut, namun menolak berkomentar mengenai rincian pembicaraan.