Marak Cyberbullying, Komdigi Rancang Aturan Perlindungan Anak Digital
Anak-anak rentan terhadap perilaku ini.
![Marak Cyberbullying, Komdigi Rancang Aturan Perlindungan Anak Digital](/_next/image?url=https%3A%2F%2Fimage.fortuneidn.com%2Fpost%2F20250211%2Fimg-20250211-wa0012-d6a5aa7ad0d1f9d03d24f4146784ca95-57d459d6becda670c8382a1b0a9aa915.jpg%3Fwidth%3D990%26height%3D660%26format%3Davif&w=2048&q=75)
Jakarta, FORTUNE - Kepala Pusat Kebijakan Strategis Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Oki Suryowahono, mengatakan pihaknya saat ini sedang merancang aturan mengenai perlindungan anak pada dunia digital. Dasarnya adalah maraknya pemanfaatan teknologi pada ranah digital yang tidak bijak, yang menyebabkan semakin seringnya perilaku Cyberbullying dipraktikkan pada anak-anak.
“Karena kami melihat tidak sekali cyberbullying di dunia ini, dan kami berharap dukungan dari banyak pihak,” ujar Oki dalam sambutannya pada acara Public Discussion FPCI dan Tools for Humanity di Mayapada Tower, Jakarta, Selasa (11/2).
Menurutnya, anak-anak merupakan generasi yang paling rentan mengalami cyberbullying pada ranah digital. Oki mengatakan Presiden Prabowo Subianto pun menugaskan Komdigi untuk dapat menyelesaikan aturan mengenai perlindungan anak tersebut dalam satu hingga dua bulan ke depan.
“Yang ditargetkan Presiden Prabowo adalah aturan perlindungan anak di dunia cyber, sehingga itu adalah apa yang segera mungkin diselesaikan oleh [Menteri Komdigi], karena anak menjadi pihak yang paling rentan diserang. Jadi, mungkin [pada beleid tersebut] akan ada juga [pengaturan] AI-nya,” katanya.
Di samping aturan perlindungan anak pada dunia digital, Komdigi menyatakan pihaknya masih akan mendiskusikan ketentuan mengenai AI karena teknologi tersebut kini sedang gencar-gencarnya dikembangkan dan disematkan ke berbagai platform.
Dia menyatakan Komdigi saat ini sedang menentukan aturan mana yang paling tepat diberlakukan di Indonesia, melalui perbandingan dengan negara tetangga yang telah lebih dulu menerbitkannya.
“Indonesia sangat majemuk dan beragam, jadi butuh penanganan yang paling tepat. [Kami berpikir] bagaimana teknologinya tidak dihambat, tapi sisi negatifnya bisa ditangkal,” ujarnya.