BUSINESS

Ada Perusahaan Garmen dari Vietnam Bakal Relokasi ke Indonesia

Kawasan industri di Batang jadi daya tarik industri garmen.

Ada Perusahaan Garmen dari Vietnam Bakal Relokasi ke IndonesiaProses kerja di pabrik tekstil. Shutterstock/AdaCo
04 January 2023

Jakarta, FORTUNE – Industri padat karya atau menggunakan banyak tenaga kerja masih dalam posisi waspada karena lemahnya permintaan dari negara ekspor. Dampakya adalah peningkatan pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawannya.

Dalam pada itu, Associate Director Industrial & Logistics Services Colliers Indonesia, Freddy Hidayat, perusahaan garmen dari Vietnam akan merelokasi pabriknya ke Indonesia. Alasannya, sejumlah rekanan menganggap negera tersebut tidak lagi kompetitif dalam hal pengupahan dan bahan baku.

“Dari segi harga bahan baku dan gaji di Indonesia masih cukup kompetitif, apalagi di Indonesia sedang mengembangkan kawasan baru di Batang [Jawa Tengah],” katanya dalam konferensi pers yang berlangsung Rabu (4/1).

Relokasi tersebut kemungkinan besar bakal cukup menekan angka PHK di Tanah Air yang tengah melanda industri ini.

Freddy mengatakan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang bakal menarik pelaku industri garmen karena akan menawarkan banyak insentif. Namun, dia tidak membeberkan perusahaan yang dia maksud. “Saya belum bisa bilang karena ini semua masih di-plan mereka,” ujarnya.

Ada perusahaan asal Korea Selatan

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengatakan ada perusahaan Korea Selatan berencana memindahkan pabriknya dari Vietnam ke Jawa Tengah. Saat itu dia menyebut 97 perusahaan akan memindahkan pabriknya.

“Salah satunya PT Hwaseung dari Korsel. Selama ini mereka menjalin kerja sama untuk memproduksi sepatu olahraga. Saat ini mereka relokasi di Kabupaten Pati, dan mampu menampung 15.000 pekerja," kata dia dalam Instagram pribadinya, Minggu (11/12).

Kondisi industri garmen Vietnam berdarah-darah

Sebagaimana Indonesia, kondisi kondisi manufaktur Vietnam juga sedang tidak baik-baik saja. Sebab, lebih dari 40.000 buruh garmen di negara itu dilaporkan terdampak pemangkasan jam kerja. Di lain pihak, 40.000 lainnya terkena PHK massal.

Menurut Konfederasi Umum Perburuhan Vietnam, pemecatan puluhan ribu buruh terjadi karena imbas dari lonjakan inflasi atas kenaikan harga minyak dan pangan di pasar global. Melesatnya tagihan energi lantas mendorong sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat dan Eropa, mengurangi aktivitas impornya demi menghemat pengeluaran negara.

Melansir Bangkok Post imbas dari lonjakan inflasi membuat para investor di Amerika Serikat telah mengurangi kegiatan impor dari Vietnam setidaknya hingga 40 persen. Sedangkan kawasan zona Eropa memangkas konsumsi sebanyak 60 persen.

Tekanan ini kemudian memicu aksi PHK massal pada 1.200 pabrik di Vietnam, termasuk produsen sepatu Nike milik perusahaan raksasa asal Taiwan Pouyuen, yang dalam empat bulan terakhir telah memecat 20.000 pekerjanya secara bergiliran.
 

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.