Alasan Perusahaan Otomotif Tesla Enggan Berinvestasi ke Indonesia
Jika dibandingkan dengan Vietnam, kondisinya jauh berbeda.
Fortune Recap
- Tesla menolak investasi di Indonesia karena masih tingginya kebergantungan pada batu bara sebagai sumber energi.
- Indonesia tertinggal dalam pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), hanya 13.09% dari total energi.
- Vietnam lebih maju dengan porsi pemanfaatan EBT mencapai 62%.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, menyatakan alasan di balik keengganan perusahaan Mobil Listrik milik Elon Musk, Tesla, untuk berinvestasi di Indonesia.
Menurutnya, di antara dalih yang dipakai adalah urusan tata kelola yang berlaku di negeri ini.
"Kebetulan saya terlibat langsung berbicara dengan Tesla. Salah satu [alasan] mereka mengalihkan investasi [dari] kita adalah karena mereka bilang sebagai [produsen kendaraan listrik] tentunya ingin semuanya bersih," katanya di hadapan Komisi VI DPR, Selasa (3/9).
Dia mengungkap bahwa Indonesia sesungguhnya beroleh manfaat dari ketegangan geopolitik antara Cina dan Amerika Serikat. Namun, dia mengatakan efeknya di dalam negeri belum signifikan, dan justru negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia yang mendapatkan manfaat lebih besar.
Seturut keterangannya, rata-rata investor ingin menanamkan modalnya di negara-negara yang sudah menanamkan fokusnya dalam pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), yang memakai bahan seperti hydro atau air, tenaga surya, hingga angin.
Sementara, mayoritas sumber energi di Indonesia masih bersandar pada batu bara.
"Kalau mereka mau masuk ke kawasan industri kita, tetapi energinya masih dari fossil fuel kayak batu bara, enggak sejalan dengan visi mereka," ujarnya.
Rosan mencontohkan Vietnam sebagai pembanding. Dia mengatakan porsi pemanfaatan EBT di kawasan industri negeri tersebut telah mencapai 62 persen. Angka tersebut akan naik menjadi 70 persen dengan ekspansi perusahaan energi asal Singapura, Sembcorp, di Vietnam, yang berencana menambah enam pembangkit listrik tenaga surya pada kuartal IV-2024—yang menggenapkan jumlah keseluruhan PLTS Sembcorp di Vietnam menjadi 18 unit.
Berdasarkan laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kontribusi EBT ke total energi baru sebesar 13,09 persen pada tahun lalu. Angka tersebut jauh dari target pengembangan EBT sepanjang 2023 menjadi 17,87 persen. Mayoritas energi di dalam negeri masih berasal dari batu bara pada level 61,8 persen per 2023.
Mengejar investasi hijau
Dalam kesempatan itu, Rosan juga mengatakan bahwa pemerintahan Prabowo Subianto akan mengejar investasi hijau hingga hilirisasi.
“Kemudian kami juga akan fokus dalam mengejar investasi di sektor green investment, infrastruktur konektivitas, transisi energi, hilirisasi, dan juga investasi yang berbasis ekspor,” kata Rosan.
Selanjutnya, Rosan mengatakan investasi dalam bidang ketahanan pangan dan ketahanan energi berkelanjutan juga penting.
“Dan ini juga yang penting adalah peningkatan secara terus-menerus pelayanan, berusaha melalui OSS atau online single submission, dan satunya lagi adalah dibutuhkan adanya alokasi dana,” kata Rosan.