Pupuk Indonesia Dorong Produksi Amonia Hingga 12 Juta Ton pada 2045
Perseroan buat peta jalan untuk produksi amonia bersih.
Fortune Recap
- Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, berkomitmen untuk bertransformasi ke produksi amonia rendah karbon (amonia biru) dan bahkan bebas karbon (amonia hijau) demi mewujudkan visi Net Zero Emissions (NZE) pada 2060.
- Pupuk Indonesia menyusun peta jalan untuk meningkatkan kapasitas produksi amonia dari 7 juta ton menjadi 12 juta ton pada 2045, dengan transformasi dimulai pada 2030 di Aceh.
Jakarta, FORTUNE - PT Pupuk Indonesia (Persero) menetapkan target ambisius dalam mengembangkan amonia bersih sebagai bagian dari komitmen mendorong transisi energi dan ketahanan pangan nasional.
Dalam roadmap jangka panjangnya, Pupuk Indonesia menargetkan peningkatan produksi amonia hingga 12 juta ton pada 2045, dengan dominasi produksi amonia biru dan hijau yang lebih ramah lingkungan.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, menegaskan komitmennya untuk bertransformasi ke produksi amonia rendah karbon (amonia biru) dan bahkan bebas karbon (Amonia Hijau) demi mewujudkan visi Net Zero Emissions (NZE) pada 2060.
"Amonia akan semakin banyak digunakan di sektor energi dalam dekade mendatang sebagai bahan bakar transisi karena sifatnya yang bebas karbon. Kami melihat tren ini dan siap memasok amonia untuk sektor energi,” kata dia dalam keterangannya, Kamis (14/11).
Sebagai bahan dasar pupuk seperti urea, NPK, dan ZA, amonia memainkan peran vital dalam sektor pertanian. Produksi amonia konvensional (amonia abu-abu) selama ini menghasilkan emisi karbon yang cukup signifikan.
Sehingga, menurut Rahmad, permintaan global untuk amonia biru dan hijau diproyeksikan akan melonjak, terutama di pasar utama seperti Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat. Melihat potensi ini, Pupuk Indonesia telah menyusun peta jalan yang akan meningkatkan kapasitas produksi amonia dari 7 juta ton menjadi 12 juta ton pada 2045, dengan target sebagian besar produksi berasal dari amonia bersih.
Langkah ini akan dimulai dengan produksi amonia hybrid pada 2030 di Aceh melalui anak perusahaan, Pupuk Iskandar Muda, disusul dengan produksi amonia biru pada 2035, dan peningkatan skala amonia biru pada 2045.
Melalui transformasi ini, Pupuk Indonesia berupaya menjadikan Indonesia sebagai hub global untuk amonia bersih, memperkuat posisi negara dalam rantai pasok energi bersih dunia.
“Untuk mencapai target tersebut, diperlukan dukungan regulasi yang tepat, inovasi teknologi, serta investasi yang signifikan,” kata Rahmad.
Upaya Pupuk Indonesia menekan emisi
Di samping mengaplikasikan teknologi hybrid untuk amonia bersih, Pupuk Indonesia akan tetap mempertahankan posisinya sebagai produsen pupuk. Dengan kapasitas produksi 14,5 juta ton pupuk, termasuk 9,3 juta ton urea, Pupuk Indonesia merupakan produsen pupuk terbesar di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara.
Lebih lanjut, perusahaan menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 4,25 juta ton karbon dioksida pada 2030 dan 19,2 juta ton pada 2060.
Sejumlah inisiatif lainnya meliputi: efisiensi energi dan optimalisasi fasilitas produksi; penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS); pemanfaatan sumber daya energi terbarukan, dan solusi berbasis alam (NBS) dengan kolaborasi bersama masyarakat.