Rugi Sritex Naik Jadi US$14,79 Juta, PHK Berlanjut Hingga 2025
Penjualan Sritex turun hampir 10 persen.
Fortune Recap
- Sritex mencatat kerugian bersih US$14,79 juta pada kuartal I-2024, naik 49,04% dari tahun sebelumnya.
- Penjualan Sritex turun 9,83% menjadi US$78,37 juta pada tiga bulan pertama 2024.
- Ekspor mendukung penjualan Sritex dengan nilai US$36,7 juta, sementara penjualan lokal mencapai US$41,6 juta.
Jakarta, FORTUNE - PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex mencatat kerugian bersih sebesar US$14,79 juta pada kuartal I-2024, naik 49,04 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai US$9,92 juta.
Berdasarkan laporan keuangannya per 31 Maret 2024, Sritex mencatatkan penjualan senilai US$78,37 juta. Angka tersebut turun 9,83 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai US$86,9 juta.
Penjualan Sritex didukung oleh ekspor senilai US$36,7 juta, yang terdiri dari penjualan benang sebesar US$21,8 juta, pakaian jadi US$13,5 juta, dan kain jadi US$1,33 juta.
Sedangkan penjualan lokal mencapai US$41,6 juta, yang terdiri dari kain jadi senilai US$17,6 juta, benang US$17,44 juta, kain mentah US$3,33 juta, dan pakaian jadi sebesar US$3,19 juta.
Sementara itu, beban pokok penjualan SRIL naik 5,65 persen menjadi US$87,2 juta dari US$82,5 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Defisit modal dan efisiensi karyawan
Sritex juga melaporkan defisit dan defisiensi modal sebesar US$1,17 juta pada 31 Maret 2024.
Kondisi ini mengindikasikan adanya ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan terhadap kemampuan perseroan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, Sritex berfokus pada peningkatan penjualan dan efisiensi biaya produksi, termasuk pengurangan karyawan secara bertahap sampai dengan 2025.
Sritex melaporkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan hingga ribuan orang. Per 31 Desember 2023, karyawan tetap Sritex mencapai 14.138 orang, sedangkan pada kuartal I-2024 menjadi 11.249 orang.
Selain melakukan efisiensi pekerja, Sritex akan melakukan pengembangan produk dengan nilai tambah yang tinggi, untuk kemudian meningkatkan kualitas dan produktivas sumber daya secara terus-menerus.
Penurunan permintaan membuat kinerjanya memburuk
Pada keterangan sebelumnya, Sritex menyatakan memburuknya kinerja perseroan disebabkan oleh penurunan permintaan di tingkat global maupun di tingkat domestik. Di tingkat global terjadi penurunan penjualan yang hampir merata baik di kawasan Eropa, Asia, Amerika Serikat dan Amerika Latin, Uni Emirat Arab, dan Afrika.
Dampak makroekonomi serta kondisi geopolitik terkait perang Rusia-Ukraina serta perang Israel-Palestina menyebabkan penurunan tingkat permintaan yang membuat masyarakat global lebih mengutamakan kebutuhan pangan dan energi.
Selain itu, jalur pengiriman juga mengalami gangguan: biaya pengiriman meningkat karena jarak tempuh menjadi lebih jauh untuk menhindari Terusan Suez.
Melihat kondisi global yang mengalami penurunan permintaan, maka perseroan melakukan perubahan strategi untuk memperbesar porsi penjualan domestik. Tetapi, hal tersebut terganggu dengan maraknya kegiatan impor pakaian illegal yang secara harga lebih murah.