BUSINESS

Shell ExpertConnect, Bahas Kepemimpinan hingga Tantangan Logistik

Supaya biaya logistik bisa semakin terjangkau

Shell ExpertConnect, Bahas Kepemimpinan hingga Tantangan LogistikGuru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Rhenald Kasali (kiri), Managing Director Lubricants Shell Indonesia, Andri Pratiwa (tengah), dan Presiden Direktur DHL Global Forwarding Indonesia, Nicholas Bongsosartono (kanan)
19 December 2024

Jakarta, FORTUNE - Shell Indonesia menggelar Shell ExpertConnect melalui siniar atau podcast yang mengusung tema "CEO Leading the Way: Can Personal Leadership Optimizes Logistics?" pada Rabu, (30/10). Acara ini dimoderatori oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Rhenald Kasali dengan Managing Director Lubricants Shell Indonesia, Andri Pratiwa dan Presiden Direktur DHL Global Forwarding Indonesia, Nicholas Bongsosartono sebagai narasumber.

Diskusi ketiganya membahas tentang kepemimpinan efektif yang dapat mengatasi tantangan dalam industri logistik di Indonesia, sekaligus mendorong keberlanjutan (sustainability).

Tidak bisa dimungkiri, biaya logistik di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Rhenald mengungkapkan biaya logistik Indonesia masih di kisaran 14,3 persen. Angka ini terpaut cukup jauh jika dibandingkan Singapura di 8 persen dan Jepang di 10 persen.

Salah satu alasan perbedaan biaya logistik, menurut Nicholas, adalah Indonesia berupa negara kepulauan. Kondisi ini membuat perbedaan medan geografis dari setiap pulau dan biaya pengiriman yang berbeda.

Senada, Andri, sebagai perusahaan energi yang mendukung industri logistik melalui sektor pelumas, Shell Indonesia juga memahami beberapa pain point yang timbul dari kondisi tersebut. Pertama adalah soal keandalan. Bisnis logistik sangat memerlukan transportasi andal seperti truk kapasitas besar yang dirawat dengan baik.

“Kedua adalah biaya atau cost. Memang ini salah satu faktor yang kita juga ingin berkontribusi. Kita melihat bahwa cost terbesar dari logistik itu dari bahan bakar atau fuel. Tergantung dari seberapa efisien mereka bisa melakukan pemeliharaan maintenance,” ujar Andri.

Ia menyebut, Shell Indonesia melalui lini produk Shell Rimula membantu mitra industri logistik untuk menurunkan cost tersebut dengan teknologi lubrikasi terkini. Memang, pelumas seperti oli mesin terhitung di bawah 3 persen dari cost keseluruhan operasional industri logistik. Meskipun demikian, lubrikasi yang tidak baik dapat menyebabkan efek domino fatal.

Ber-impact kepada spare part-nya, pemborosan di fuel-nya. Kalau ini lubricant bagus, efficient, dia (truk) lebih efficient dari sisi fuel. Kedua, dari sisi spare part-nya juga nggak perlu ada penggantian. Ini adalah salah satu faktor opportunity yang harus kita kembangkan di industri logistik,” jelas Andri.

Kemudian, pain point selanjutnya soal komitmen untuk mencapai sustainability atau keberlanjutan. Shell Rimula, pelumas untuk truk dan kendaraan komersial, turut mendukung industri logistik dalam aspek ini dengan menyediakan produk-produk yang rendah emisi.

“Solusi yang kita berikan dari sisi pelumasan adalah molekulnya atau bahan dasarnya. Ada yang lebih environment friendly. Arahnya ke depan, kita menggunakan pelumas yang biodegradable,” jelas Andri.

Pengembangan SDM Shell Indonesia

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Rhenald Kasali (kiri), Managing Director Lubricants Shell Indonesia, Andri Pratiwa (tengah), dan Presiden Direktur DHL Global Forwarding Indonesia, Nicholas Bongsosartono (kanan)

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.