Garuda Akan Bentuk Usaha Patungan dengan Singapore Airlines
Pembentukan JV segera diumumkan sebelum pelantikan presiden.
Fortune Recap
- Garuda Indonesia akan membentuk usaha patungan dengan Singapore Airlines untuk meningkatkan pendapatan dari rute yang sama.
- Kerja sama sudah mencakup layanan tambahan dan penebusan poin antar maskapai, namun perlu persetujuan KPPU.
- Rencana JV ini juga akan membagi pendapatan pada rute yang dilayani seperti Jakarta-Singapura, Surabaya-Singapura, dan Bali-Singapura.
Jakarta, FORTUNE - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akan membentuk usaha patungan (joint venture) dengan Singapore Airlines (SQ) untuk meningkatkan pendapatan dari rute sama yang dilalui dua maskapai. Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan kerja sama tersebut akan segera diumumkan secara resmi sebelum Oktober mendatang.
"Insyaallah sebelum pelantikan presiden, patokan baru, nanti pasti akan kami umumkan begitu sudah siap, tapi secara company kami sudah sepakat dengan teman-teman di SQ," ujarnya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI, Rabu (3/7).
Irfan menuturkan, salah satu kerja sama yang sudah terjalin oleh Singapore Airlines adalah dalam hal layanan tambahan atau ancillary service.
"Kerja sama kita dengan SQ sekarang sudah sampai level pemegang KrisFlyer bisa redeem di penerbangan Garuda. Pemegang Garuda Miles bisa redeem di penerbangan SQ, masih nunggu technical sedikit fine tuning di sisi IT," tuturnya.
Di luar itu, menurut Irfan, kedepannya kerja sama dengan Singapore Airlines harus mendapat persetujuan dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Nantinya dengan membentuk JV, kedua maskapai akan berkolaborasi untuk menerapkan harga yang sama pada rute yang dilalui dua maskapai.
Selanjutnya, Garuda dan SQ juga akan berbagi pendapatan pada rute yang sama-sama dilayani tersebut seperti Jakarta-Singapura, Surabaya-Singapura dan Bali-Singapura.
"Intinya adalah dengan JV itu rute yang kita terbangkan SQ terbang yaitu Jakarta-Singapura, Surabaya-Singapura, Bali-Singapura itu harga kita sama, servis kita sama, sama lah. Jadi orang mau naik SQ di rute itu plus minus sama, terus kita kemudian revenue share," terang Irfan.
Selain itu, nantinya kerja sama tersebut juga akan memiliki jangka waktu tertentu dan harus menguntungkan kedua belah pihak. "Tapi kita sama-sama tahu dalam perjanjian ada jangka waktu. Jadi kalau ternyata di perjalanannya ada salah satu pihak merasa rugi, bisa kita berhentikan atau direvisi perhitungan angkanya," terang Irfan.
Irfan juga menegaskan bahwa kinerja rute melalui pembukuan operating revenue Garuda saat ini terus menunjukkan konsistensi pertumbuhan yang menjanjikan dan tumbuh secara bertahap. Nett revenue rute Garuda pada kuartal 1 2024, misalnya, mencapai US$411 juta atau meningkat 16 persen dari kuartal 1 2023 sebesar US$354 juta—yang dikenal sebagai periode low season.
Ia memproyeksikan operating revenue Garuda akan terus meningkat hingga akhir 2024 karena periode kuartal pertama tahun ini dapat mencapai pertumbuhan dua digit.
"Kalau lihat tren ini, mustinya angka US$3 miliar sebagai pendapatan lebih mudah untuk bisa dicapai," tandasnya.