Inovasi AI & Teknologi Syngenta Tingkatkan Produksi Pertanian 25%
Implementasi teknologi meminimalkan kerugian petani.
Jakarta, FORTUNE - Sektor Pertanian menjadi tumpuan pembangunan nasional dengan kontribusi sekitar 13-14 persen terhadap PDB Indonesia. Bahkan, sektor ini berpeluang menyerap 30 persen angkatan kerja, terutama di daerah pedesaan.
Untuk itulah, diperlukan kolaborasi, inovasi hingga teknologi untuk mengembangkan potensi dari sektor pertanian. Apalagi, diperkirakan sekitar 25 juta petani kecil masih memainkan peran penting dalam menyuplai pangan global maupun nasional.
“Dengan berkolaborasi dengan mitra dan pemangku kepentingan lokal untuk mempromosikan inovasi dan adopsi praktik berkelanjutan, kami bertekad memberikan kontribusi yang berarti pada pertumbuhan dan ketahanan sektor pertanian di Indonesia dalam menghadapi tantangan dan peluang masa depan,” kata CEO Syngenta Group, Jeff Rowe saat merilis tinjauan komprehensif dalam Diskusi Media yang diselenggarakan di Hotel Intercontinental, Jakarta (5/9).
Sebagai perusahaan inovasi, Syngenta telah menerapkan solusi pertanian digital, Artificial Intelligence (AI), dan teknik pertanian presisi, memungkinkan petani mengoptimalkan produksi mereka. Dengan meningkatkan efisiensi dan mengurangi konsumsi sumber daya, solusi dan teknologi Syngenta membantu petani meningkatkan produktivitas hingga 25 persen dan mendorong keberlanjutan.
Selain itu, ekosistem pertanian tertutup Syngenta memberikan petani akses yang positif termasuk pengetahuan agronomi, layanan, teknologi, serta akses ke input atau sumber daya pertanian, pembiayaan, dan pasar yang akan meningkatkan pendapatan serta mendorong kesejahteraan petani.
Implementasi teknologi meminimalkan kerugian petani akibat hama
Teknologi Plinazolin yang merupakan salah satu terobosan utama Syngenta yang dapat melakukan perlindungan terhadap Lepidoptera, salah satu hama paling berbahaya yang mempengaruhi sawah padi Indonesia.
Selain itu, teknologi Adepidyn yang terdapat dalam Miravis Duo juga memberikan manajemen penyakit jamur yang kuat dan tahan lama, membantu petani meminimalkan kerugian dari hama dan penyakit, yang secara umum menyebabkan kerugian 10-23 persen dari hasil panen setiap tahunnya.
“Di Syngenta, kami menempatkan petani sebagai fokus utama dari semua kegiatan usaha maupun upaya keberlanjutan kami dengan berinvestasi dalam teknologi inovatif untuk membantu petani mengatasi tantangan mereka,” kata Fainta Susilo Negoro, Syngenta Indonesia Country Head of Sustainability & Corporate Affairs.
Fainta menjelaskan lebih lanjut bahwa komitmen Syngenta terhadap inovasi didukung oleh kemitraan strategis dengan pemangku kepentingan lokal. Salah satunya adalah "Komunitas 10 Ton," sebuah inisiatif yang dikembangkan bekerja sama dengan Dinas Pertanian di seluruh Indonesia.
Program ini membantu petani mencapai produksi hingga 10 ton per hektar, dibandingkan dengan rata-rata produksi nasional 5-6 ton per hektar. Melalui praktik pertanian yang baik, dukungan agronomi yang komprehensif, dan pembelajaran antar-petani, Syngenta berharap dapat membuka keran potensi yang sangat besar dan mendukung kemajuan sektor pertanian Indonesia.
“Di Syngenta, kami berdedikasi untuk memajukan praktik pertanian yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Dengan bekerja sama dengan petani, mitra, pemangku kepentingan industri, pemerintah, dan komunitas, kami yakin dapat membuka potensi penuh pertanian demi manfaat semua pihak,” tutup Rowe.