Sebanyak 62% Karyawan RI Lebih Pilih Kerja Secara Hybrid
Ini alasan karyawan memilih bekerja hybrid.
Jakarta, FORTUNE - Survei Logitech mengungkapkan bahwa 62 persen karyawan Indonesia lebih memilih bekerja secara hybrid. Hanya 16 persen karyawan yang lebih memilih bekerja dari kantor, sementara 21 persen lainnya lebih memilih bekerja sepenuhnya secara jarak jauh.
Survei ini melibatkan 500 karyawan profesional yang bertujuan untuk memahami preferensi, persepsi, tantangan, dan perilaku mereka dalam menjalani sistem kerja hybrid.
"Sistem kerja hybrid sedang mengubah lanskap profesional, yang juga didukung dengan temuan survei kami bahwa adanya pergeseran model kerja saat ini, dari sistem kerja yang berawal sepenuhnya di kantor hingga hadirnya sistem kerja hybrid," kata Southeast Asia 2 B2B Lead Logitech, Michael Long melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Selasa (21/11).
Ia menambahkan, situasi ini membuat karyawan merasakan berbagai manfaat dan juga tantangan dari bekerja secara hybird. Oleh karena itu, Michael menilai, para pelaku bisnis perlu beradaptasi dengan perubahan dan menyesuaikan strategi bisnis mereka untuk berhasil dalam era kerja baru ini.
Laporan ini juga menghadirkan tren-tren penting untuk membantu bisnis di Indonesia memahami kebutuhan dan tantangan kerja hybrid yang terus berkembang.
1. Hemat biaya jadi alasan karyawan menyukai kerja hybrid
Menurut survei, 77 persen dari responden lebih memilih bekerja secara hybrid karena dapat menghemat biaya pengeluaran karena tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi ke kantor.
Sementara itu, 70 persen responden lainnya berpendapat dapat menghindari perjalanan di jam sibuk yang membuat stres, dan 66 persen lainnya merasa memiliki jadwal kerja yang lebih fleksibel sehingga dapat membantu mereka menyelesaikan lebih banyak pekerjaan secara efisien.
2. Rapat hybrid memberikan tantangan baru bagi karyawan
Meski demikian, bekerja secara hybrid telah membuat tim kerja yang terdistribusi dari lokasi yang berbeda pada waktu tertentu, sehingga frekuensi rapat hybrid menjadi lebih sering. Bahkan, 36 persen dari responden mengatakan setengah dari rapat yang mereka lakukan bersifat hybrid.
Beberapa masalah utama yang dihadapi antara lain koneksi internet yang tidak stabil (81 persen), kualitas audio yang kurang baik (55 persen), dan kualitas video yang tidak memadai (41 persen). Tantangan-tantangan inilah yang dapat mengganggu alur kerja, mengurangi keterlibatan karyawan, dan mengurangi produktivitas kerja secara keseluruhan.
3. Karyawan hybrid memerlukan alat yang tepat untuk bekerja secara produktif
Untuk mengatasi keluhan yang dihadapi karyawan hybrid, penting untuk melengkapi mereka dengan alat dan teknologi yang tepat. Para karyawan yang sering mengikuti rapat hybrid lebih memilih agar perusahaan memberikan mereka tunjangan untuk akses internet dan menyediakan teknologi kerja seperti headset dan webcam eksternal untuk meningkatkan partisipasi dalam rapat hybrid.
Sementara itu, karyawan yang bekerja dari kantor juga ingin terhubung dengan rekan kerja yang bekerja dari jarak jauh secara lancar, yang menunjukkan kebutuhan mereka akan ruang rapat modern. Survei menyoroti permintaan karyawan untuk melengkapi ruangan rapat di kantor dengan alat konferensi video, papan tulis digital, dan sistem pemesanan ruang rapat.
Sebagai contoh, lengkapi ruang rapat dengan sebuah kamera tabletop bertenaga AI, seperti Logitech Sight, yang dapat digunakan bersama dengan kamera Rally Bar atau Rally Bar Mini untuk menangkap perspektif terbaik dari peserta rapat dan memantau percakapan saat terjadi pergerakan di dalam ruang pertemuan. Selain itu, lengkapi juga karyawan yang bekerja secara jarak jauh dengan solusi pertemuan esensial seperti headset dan webcam eksternal untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dari mana saja.