Fadli Rahman, Nakhoda Muda di Pengembangan Pertamina NRE
Fadli Rahman juga sosok penting di balik IPO PGEO.
Jakarta, FORTUNE - Fadli Rahman, 37, Director of Strategic Planning & Business Development Pertamina NRE, salah satu tokoh penting dalam negosiasi akuisisi partner strategis di balik IPO PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) pada 2021.
Ia memimpin proses negosiasi yang akhirnya menghasilkan lebih dari US$550 juta dana segar untuk kebutuhan pengembangan PGEO. Secara penuh. Dari proses persiapan, hingga penyelesaiannya.
Serangkaian tugas itu meninggalkan kesan kuat bagi Fadli. Sebab, di tengah prosesnya, ia sempat menghadapi rintangan. "Ada dua counterpart yang memang punya tujuan dan konteks yang berbeda dengan Pertamina sebagai BUMN," ceritanya kepada Fortune Indonesia pada Januari lalu.
Tapi, pada akhirnya, setelah negosiasi beberapa bulan, ia dan timnya berhasil ikut menyukseskan aksi korporasi tersebut. Yang mana, menurutnya, untuk bisa berhasil dalam negosiasi, wajib hukumnya untuk memahami problem secara menyeluruh. Juga harus didukung oleh solusi dari berbagai sudut pandang, jangan hanya satu aspek.
Fadli sendiri merintis karier di bidang minyak dan gas (migas) mulai 2007. Ia tak lantas memulai di posisi manajerial, tetapi teknikal.
Ia menekuni profesi itu di sejumlah negara. Indonesia, Australia, Malaysia, Iran, Qatar, Uni Emirat Arab, untuk menyebut beberapa.
"Jadi saya memang petroleum engineer by training. Sempat kerja di migas, yang benar-benar teknikal di lapangan," kata ayah dua anak itu.
Pada Agustus 2007 sampai dengan Maret 2008, doktor lulusan Colorado School of Mines itu bergerak sebagai Reservoir Engineer di ConocoPhillips.
Sebelum akhirnya, ia pindah ke Schlumberger pada Maret 2008. Perusahaan itu penyedia teknologi global di bidang karakterisasi reservoir, pengeboran, produksi, dan pemrosesan untuk industri energi dunia. Ia menduduki posisi itu selama tiga tahun enam bulan, tepatnya sampai Agustus 2011.
Awalnya, ia belum berpikir untuk bergabung dengan sektor pemerintahan atau perusahaan pelat merah. Karena merasa karakternya lebih cocok berkarier di bidang swasta. Salah satu alasannya: sebab dulu, ada konotasi khusus yang menyelimuti sektor pemerintahan atau BUMN. Tidak progresif, misalnya.
Namun, Fadli mulai melihat hal berbeda pada 2019. Tepat saat Erick Thohir ditunjuk menjadi Menteri BUMN. Diikuti oleh masuknya dua wakil dari bidang korporasi, yakni: Kartika Wirjoatmodjo dan Budi Gunadi Sadikin.
"Saya melihat, mereka memang orang-orang yang transformatif dan progresif. Lalu saya melihat, sesuatu yang baik mulai terjadi [di BUMN]," katanya. "Jadi saya tertarik untuk mencari atau membantu mereka mentransformasi BUMN."
Transisi dari posisi teknikal ke manajerial
Tapi, sebelum benar-benar terjun ke perusahaan pelat merah, Fadli telah lebih dulu mengasah keterampilan manajerial dan soft skills lain dengan menjadi konsultan di BCG (Boston Consulting Group) mulai Maret 2016. Selain posisi konsultan, ia juga sempat dipercaya menjadi Project Leader (Maret 2018–November 2019) dan Principal (Desember 2019–Januari 2020). Ia pun sempat menjadi Policy Specialist di Asian Development Bank (ADB) pada Desember 2020–Februari 2021.
Selama bergerak di bidang konsultan, sosok yang kerap menghabiskan waktu luang untuk membaca buku itu memutuskan mempelajari sejumlah keterampilan esensial di luar hal teknikal. Termasuk yang berkaitan dengan aspek manajemen.
Sekitar sebulan setelah pengangkatan Erick, Fadli akhirnya ditimang untuk bergabung dalam proses transformasi BUMN yang digagas oleh sang menteri baru saat itu.
Posisi pertamanya di BUMN adalah Senior Advisor untuk Wakil Menteri I, Budi Gunadi. Ia dipercaya untuk memimpin sejumlah gugus tugas, komite, dan proyek strategis. Termasuk dalam Strategic Delivery Unit Erick.
Awalnya tak mudah. Mengingat Fadli tak hanya pindah dari bidang swasta ke publik, tapi juga bertransisi dari posisi teknikal ke profesional. Apalagi, karakternya sebagai introver melahirkan tantangan tersendiri untuk dirinya. Ditambah, dari segi usia, ia tergolong lebih muda daripada para senior di kementerian.
"Kalau kita bicara di level manajemen, apalagi di bidang saya [pengembangan bisnis] sekarang gitu kan, harus bisa menyesuaikan diri," ujarnya. "Jadi [tantangannya] bagaimana caranya kita mendobrak keluar dari karakter alamiah kita?"
Fadli merasa beruntung karena dikelilingi oleh para sosok ahli di bidang masing-masing, dari sang menteri, wakilnya, hingga tenaga ahli lainnya. Karena, dengan begitu, ia bisa belajar langsung dari mereka. Termasuk menyoal keterampilan retorika.
Lalu, untuk menyertai keterampilan itu, Fadli mengedepankan sisi integritas dan amanah. Dua nilai yang ditanamkan oleh sang kakek, Mar'ie Muhammad, mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia (1993–1998). "Jadi itu role model dalam kehidupan saya," ujar Fadli.
Dengan keterampilan dan prinsip itu, Fadli pun diminta menjadi Kepala Staf Wakil Menteri I (Januari–November 2021) sekaligus Staf Ahli Menteri BUMN (Februari–November 2021) dan Deputy Head of Strategic Delivery Unit (Maret–November 2021). Hingga posisi Head of SOE Decarbonization Committe di Kementerian BUMN (Agustus–November 2021).
Berbekal pengalaman selama kurang lebih dua tahun itu, Fadli akhirnya dipercaya untuk turut menjadi eksekutor di ranah BUMN mulai November 2021. Tepatnya, lewat posisinya saat ini di Pertamina NRE atau Pertamina Power Indonesia.
Tanggung jawabnya berkaitan dengan mengembangkan rencana jangka panjang untuk Pertamina NRE, yang mana inisiatifnya (terkait bisnis karbon, ekosistem kendaraan listrik dan baterai, hingga clean hydrogen) menjadi inti dari peta jalan Grup Pertamina dalam meraih Zero Emission.