BUSINESS

Fadli Rahman, Nakhoda Muda di Pengembangan Pertamina NRE

Fadli Rahman juga sosok penting di balik IPO PGEO.

Fadli Rahman, Nakhoda Muda di Pengembangan Pertamina NREDirektur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina Power Indonesia, Fadli Rahman. (IDN Media)
20 February 2024

Jakarta, FORTUNE - Fadli Rahman, 37, Director of Strategic Planning & Business Development Pertamina NRE, salah satu tokoh penting dalam negosiasi akuisisi partner strategis di balik IPO PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) pada 2021.

Ia memimpin proses negosiasi yang akhirnya menghasilkan lebih dari US$550 juta dana segar untuk kebutuhan pengembangan PGEO. Secara penuh. Dari proses persiapan, hingga penyelesaiannya.

Serangkaian tugas itu meninggalkan kesan kuat bagi Fadli. Sebab, di tengah prosesnya, ia sempat menghadapi rintangan. "Ada dua counterpart yang memang punya tujuan dan konteks yang berbeda dengan Pertamina sebagai BUMN," ceritanya kepada Fortune Indonesia pada Januari lalu.

Tapi, pada akhirnya, setelah negosiasi beberapa bulan, ia dan timnya berhasil ikut menyukseskan aksi korporasi tersebut. Yang mana, menurutnya, untuk bisa berhasil dalam negosiasi, wajib hukumnya untuk memahami problem secara menyeluruh. Juga harus didukung oleh solusi dari berbagai sudut pandang, jangan hanya satu aspek. 

Fadli sendiri merintis karier di bidang minyak dan gas (migas) mulai 2007. Ia tak lantas memulai di posisi manajerial, tetapi teknikal.

Ia menekuni profesi itu di sejumlah negara. Indonesia, Australia, Malaysia, Iran, Qatar, Uni Emirat Arab, untuk menyebut beberapa. 

"Jadi saya memang petroleum engineer by training. Sempat kerja di migas, yang benar-benar teknikal di lapangan," kata ayah dua anak itu.

Pada Agustus 2007 sampai dengan Maret 2008, doktor lulusan Colorado School of Mines itu bergerak sebagai Reservoir Engineer di ConocoPhillips.

Sebelum akhirnya, ia pindah ke Schlumberger pada Maret 2008. Perusahaan itu penyedia teknologi global di bidang karakterisasi reservoir, pengeboran, produksi, dan pemrosesan untuk industri energi dunia. Ia menduduki posisi itu selama tiga tahun enam bulan, tepatnya sampai Agustus 2011.

Awalnya, ia belum berpikir untuk bergabung dengan sektor pemerintahan atau perusahaan pelat merah. Karena merasa karakternya lebih cocok berkarier di bidang swasta. Salah satu alasannya: sebab dulu, ada konotasi khusus yang menyelimuti sektor pemerintahan atau BUMN. Tidak progresif, misalnya.

Namun, Fadli mulai melihat hal berbeda pada 2019. Tepat saat Erick Thohir ditunjuk menjadi Menteri BUMN. Diikuti oleh masuknya dua wakil dari bidang korporasi, yakni: Kartika Wirjoatmodjo dan Budi Gunadi Sadikin.

"Saya melihat, mereka memang orang-orang yang transformatif dan progresif. Lalu saya melihat, sesuatu yang baik mulai terjadi [di BUMN]," katanya. "Jadi saya tertarik untuk mencari atau membantu mereka mentransformasi BUMN."

Transisi dari posisi teknikal ke manajerial

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.