Citibank Nilai Investment Loan Akan Tertunda Hingga 2 Kuartal
Meski Pemilu menantang, tapi ekonomi Indonesia tetap tahan.
Jakarta, FORTUNE – Citibank menilai kredit investasi di Indonesia berpotensi tertunda selama satu dua kuartal ke depan seiring sikap wait and see korporasi melihat lanskap politik usai Pemilihan Umum (Pemilu) dilaksanakan 14 Februari 2024.
CEO Citibank (Citi Indonesia), Batara Sianturi, mengatakan bahwa meskipun dalam situasi Pemilu yang menantang, namun perekonomian Indonesia tetap menunjukkan ketahanan.
Apalagi, Bank Indonesia sebelumnya meramalkan, pertumbuhan kredit dalam negeri mencapai 10-12 persen tahun ini.
“Current account kita masih terjaga dengan baik di sekitar -0,5 persen hingga -1 persen terhadap PDB selama 2023. Maka, hal ini sangat baik bagi bond market,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Fortune Indonesia, Selasa (13/2).
Selain itu, cadangan devisa Indonesia masih sangat robust, mencapai US$146,4 miliar atau Rp2,29 kuadriliun (kurs Rp15.614,11 per dolar AS) hingga akhir Desember 2023. Dari segi fiskal, Indonesia memiliki estimasi buffer fiskal sekitar 2,15 persen dari PDB 2024.
Imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia cukup baik, diperkirakan lebih dari 3,5 persen dibandingkan negara Asia lainnya (termasuk India) yang diproyeksikan kurang dari 3 persen.
“Hal ini memungkinkan Bank Indonesia untuk lebih fleksibel dalam melakukan intervensi pasar,” kata Batara. “Saat ini kita tinggal menunggu pengurangan suku bunga dari The Fed untuk menghadirkan kondisi baik bagi bond market domestik.”
Optimistis
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, optimistis ekonomi Indonesia pada 2024 akan tetap tumbuh di kisaran 4,75-5,5 persen, dan jadi sedikit dari banyak negara yang bisa tumbuh di atas 5 persen.
“Kita beruntung punya konsumsi yg kuat dan investasi, serta net ekspor yang membaik,” ujarnya.
Untuk menjaga stabilitas keuangan nasional, Bank Indonesia (BI) akan menggunakan bauran kebijakan moneter, kebijakan makro prudensial, dan kebijakan sistem pembayaran.
“Kita masih memiliki daya tahan sehingga memiliki ruang lebih untuk tumbuh di 2024 dan 2025. Kolaborasi antar kementerian, lembaga lain, dan tentunya dengan dunia swasta merupakan faktor keberhasilan yang penting. Mari kita terus tingkatkan investasi, konsumsi, dan melakukan aktivitas usaha,” ujar Destry.
Pada sektor perbankan, BI mencatat penyalurkan kredit yg mencapai double digit di akhir tahun 2023, kredit pun masih tumbuh sekitar 10,4 persen.
Bila dilihat dari jenis kreditnya, kredit investasi dan kredit modal kerja mendominasi. Artinya, dua jenis kredit ini menggambarkan aktivitas ekonomi yang masih mengalami peningkatan.