Riset Populix: SeaBank Jadi Top of Mind Pengguna Bank Digital
SeaBank dianggap terapkan biaya admin dan transfer rendah.
Jakarta, FORTUNE – Survei Populix, SeaBank menunjumkan, SeaBank menjadi Top Of Mind Bank Digital yang digunakan oleh masyarakat, khususnya kalangan Gen Z di Indonesia.
VP of Research Populix, Indah Tanip, mengatakan bahwa SeaBank menjadi merek bank digital yang paling banyak dipilih oleh Gen Z dengan market share s57 persen. “SeaBank memiliki positioning kuat dan paling diminati serta diingat oleh target market–orang yang menggunakan bank digital dalam satu bulan terakhir,” ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (9/7).
Posisi top of mind SeaBank diikuti oleh bank digital lainnya, seperti Bank Jago yang menguasai 36 persen market share Gen Z dan Blu by BCA digital yang menguasai 26 persen.
Survei yang dilakukan terhadap 250 responden ini juga menunjukman temuan bahwa SeaBank memiliki sejumlah fitur yang banyak dipilih nasabah, seperti e-wallet, transfer antarbank, dan terintegrasi dengan platform digital lainnya.
“Masyarakat banyak mengetahui SeaBank karena terekspos melalui ketiga kanal media sosial digital, seperti YouTube, Instagram, dan TikTok. Selain itu, mereka mengetahui tentang SeaBank melalui influencer di media sosial dan penggunaan bank digital tersebut di aplikasi belanja online,” ujar Indah. “Brand awareness SeaBank lebih kuat dibandingkan jenama lainnya.”
Keamanan
Berdasarkan analisis SeaBank, faktor pendorong utama para konsumen menggunakan bank digital ini karena persepsi konsumen yang menganggap SeaBank memiliki biaya admin dan transfer yang rendah atau gratis, diikuti faktor utama lain, seperti bank yang punya aplikasi sederhanan, memudahkan pembayaran, cocok untuk bertransaksi, dan aplikasi yang cepat dan lancar.
Namun, dari sekian banyak faktor utama persepsi nasabah ini, SeaBank masih dianggap kurang dalam hal keamanan. “Tapi ini bukan berarti keamanan di SeaBank kurang, tapi memang persepsi di masyarakat soal Seabank lebih kuat di faktor lain, seperti biaya admin yang rendah atau kemudahan pembayaran,” ujar Indah kepada Fortune Indonesia.
Menurutnya, industri bank digital harus memperkuat reputasi keamanan untuk bisa menghindari terjadinya kasus-kasus pencurian data dan kasus keamanan lainnya. Dengan demikian, rasa percaya konsumen juga akan meningkat dan mendorong masyarakat untuk memilih layanan bank digital tersebut.
“Tanpa ada reputasi yang kuat, lalu mereka melakukan edukasi tentang keamanan bank yang terjaga, belum tentu target pengguna akan percaya dan langsung mengunduh lalu menggunakan. Sekarang masyarakat sudah sangat pintar, karena mereka bisa mencari informasi dari berbagai sumber terbuka yang luas, lalu bisa mencari bank mana yang punya reputasi keamanan data bagus,” kata Indah.
Apalagi, keamanan data jadi faktor utama pendorong penggunaan bank digital di Indonesia, sampai 31 persen. Hal ini diikuti faktor lain, seperti fleksibilitas dalam mengakses aplikasi (12 persen), fitur aplikasi yang lengkap (12 persen), integrasi dengan layanan keuangan lain (11 persen), dan adanya promo khusus (10 persen) sebagai fitur-fitur yang dicari dari aplikasi bank digital.
Peluang besar
Keterbukaan Gen Z terhadap internet dan teknologi mendorong generasi ini untuk memiliki ekspektasi berbeda terhadap produk dan layanan perbankan. “Bank digital menjadi jawaban atas keinginan mereka terhadap kegiatan bertransaksi yang serba cepat, nyaman, dan aman,” ujarnya.
Dengan demikian, para pemain bank digital dituntut untuk terus berinovasi memberikan solusi perbankan dan fitur-fitur yang sesuai dengan harapan para nasabah lintas generasi, terutama Gen Z. Secara umum, perbankan digital Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan konsisten dalam beberapa tahun terakhir. Pada Mei 2024, Bank Indonesia (BI) mencatat nominal transaksi perbankan digital mencapai Rp5.570,49 triliun atau meningkat 10,82 persen secara tahunan.