Transaksi QRIS Tembus Rp188,36 Triliun per September 2024
Adopsi QRIS antarnegara masih menghadapi tantangan.
Jakarta, FORTUNE - Deputi Direktur, Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI), Elyana K. Widyasari mengatakan pertumbuhan transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) terbilang signifikan hingga mencapai 200 persen year on year (yoy) per September 2024.
“Ini satu-satunya instrumen keuangan yang tumbuhnya itu bisa lebih dari 200 persen. Luar biasa,” kata Elyana dalam diskusi panel bertajuk "QRIS:Indonesia's Passport to Global Payments"di gelaran The 6th Indonesia Fintech Summit and Expo (IFSE) 2024 di Jakarta, Rabu (13/11).
Secara terperinci, ia menjelaskan dengan pertumbuhan transaksi yang mencapai 200 persen itu nominal transaksi pada periode yang sama berhasil menyentuh angka Rp188,36 triliun. Selain itu, hingga September 2024, tercatat bahwa QRIS telah dimanfaatkan oleh sekitar 53 juta pengguna dan digunakan oleh 34 juta merchant.
Menurutnya, pertumbuhan tersebut berdampak positif dalam mendorong pertumbuhan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dari total 34,23 juta merchant yang menggunakan QRIS, 55,28 persen di antaranya adalah pelaku usaha mikro, 31,13 persen adalah pelaku usaha kecil, dan 6,06 persen adalah usaha menengah. Adapun pelaku usaha besar hanya mencakup 3,59 persen dari total jumlah merchant.
Selain menyoroti pertumbuhan transaksi, Elyana mengatakan Bank Indonesia akan terus memperluas penggunaan QRIS antarnegara. Saat ini, QRIS antarnegara bisa digunakan di Thailand, Malaysia, dan Singapura. Dalam waktu dekat QRIS akan bisa digunakan di India, Jepang, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Tantangan penggunaan QRIS antarnegara
CEO & Co-Founder DANA Vincent Iswara, menyampaikan perluasan penggunaan QRIS antarnegara menjadi langkah baik untuk mempermudah masyarakat Indonesia saat bepergian luar negeri, baik untuk liburan maupun perjalanan lainnya.
“Ke depannya kita masih menunggu dengan beberapa negara lainnya seperti Jepang, Korea, dan Cina. Kita menunggu itu semua. Dan ini baik kalau opportunity makin naik lagi, karena tourism makin mudah ke mana-mana,” kata Vincent.
Ia menyontohkan, saat kerabatnya berkunjung ke Singapura bisa melakukan transaksi pembayaran menggunakan QRIS melalui platform DANA yang sudah terpasang sebelumnya, tanpa harus mengunduh aplikasi-aplikasi tambahan lainnya atau repot membayar dengan tunai. Menurutnya, nilai tukar dalam transaksinya melalui QRIS dalam aplikasi DANA terbilang bagus.
“Kemarin (kerabat) di Singapura, tidak menggunakan cash semua sekali. (Katanya) kita semua dari airport sampai pulang, itu hanya pakai DANA (dengan QRIS). Itu sangat mudah, sangat user-friendly, terus exchange rate-nya juga bagus sekali,” terang Vincent.
Meskipun demikian, penggunaan QRIS antarnegara diakui Elyana masih menghadapi tantangan, speerti ada transaksi yang terhambat dan memakan waktu. Ia juga membeberkan tiga hambatan dalam perluasan QRIS antarnegara.
Pertama, permasalahan standar terkait bahasa. Menurut Elyana, QRIS di Indonesia sudah punya satu bahasa dengan bahasa Indonesia. "Tapi kalau kita bicara QRIS antar negara dengan negara mitra, belum semua negara memiliki satu bahasa yang sama dengan bahasa yang ada di Indonesia yang standar QRIS,” katanya.
Kedua, ada tantangan dari sisi awareness saat penggunaan di negara tetangga. "QRIS tidak berasal dari Thailand, Malaysia, atau Singapura. Banyak merchant dan customer yang belum pahm, jadi isu kedua adalah awareness, ini yang mungkin PR kita bersama untuk kita address,” katanya.
Ketiga, manajemen risiko dalam penggunaan QRIS antarnegara masih harus ditingkatkan.“Makin cepat transaksi, makin cepat juga kejahatannya. Nah ini manajemen risiko juga menjadi PR tersendiri buat kita semua,” katanya.